Pada 21 November 2022 lalu, gempa bumi dengan magnitudo 5,6 Skala Richter telah mengguncang Cianjur. Pusat gempa yang cukup dangkal, sekitar 10 km mengakibatkan energi yang dihasilkan lebih kuat dan bahkan dapat dirasakan hingga ke wilayah di sekitarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat setelah gempa pertama juga telah terjadi lebih dari 200 gempa susulan dengan magnitudo sekitar 1,2–4,2 di Cianjur.
Masih menurut catatan BMKG, sepanjang tahun 2022, telah terjadi ribuan kali gempa dalam skala kecil hingga besar.
Pada periode 1–20 Januari 2022 saja, setidaknya terjadi 726 gempa, dengan gempa terbesar terjadi di Banten pada 14 Januari 2022. Saat itu, meski tidak berpotensi tsunami, lebih dari 700 unit rumah di 113 desa rusak, termasuk sarana pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah.
Karena berada di zona seismik yang sangat aktif, ada banyak wilayah rawan gempa di Indonesia. Namun, terkadang gempa bumi juga berpusat di laut dalam sehingga tak semua gempa berdampak langsung atau bisa dirasakan di daratan.
Jenis Gempa Bumi
Gempa bumi dapat dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan penyebabnya, yaitu:
- Gempa vulkanik yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
- Gempa tektonik karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat lepasnya energi di zona penunjaman. Gempa jenis ini memiliki kekuatan yang cukup dahsyat dan dapat memicu terjadinya tsunami.
- Gempa runtuhan atau terban yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-gua yang runtuh, dan lain-lain. Gempa runtuhan biasanya berdampak kecil dan berdampak pada wilayah setempat atau hanya berdampak di lokasi kejadian.
Daerah Jawa Barat bisa dikatakan sebagai salah satu wilayah rawan gempa di Indonesia, terutama di daerah lereng dan kaki gunung dengan topografi yang tidak terlalu stabil.
Menurut analisa yang dilakukan BMKG, gempa di Cianjur adalah gempa yang berulang setiap 20 tahun dan kemungkinan dapat terjadi lagi. Topografi di wilayah lereng dan perbukitan juga tidak stabil dengan kondisi tanah yang rapuh atau lunak, serta sering jenuh air akibat curah hujan yang cukup tinggi.
Baca juga: Perlindungan Atas Manfaat Banjir Pada Asuransi Properti
Walau cukup sering mengalami gempa, masih banyak orang yang bingung harus melakukan apa saat gempa. Di mana pun kamu berada, tidak ada salahnya untuk membekali diri dengan pengetahuan dasar mengenai apa yang harus kamu lakukan saat terjadi gempa.
Ingat-ingat ya!
Lakukan Ini Saat Terjadi gempa
- Tetap tenang dan jangan panik apalagi terburu-buru berlari ke pintu keluar.
- Lindungi kepala dengan bantal, helm, atau lengan kamu sendiri.
- Jika sedang berada di dalam ruangan, berlindung di bawah meja atau di sudut ruangan untuk menghindar dari benda-benda yang dapat terjatuh.
- Saat akan keluar bangunan, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, lemari, atap, atau material lainnya.
- Hindari berdiri di dekat tiang, pohon, sumber listrik, atau gedung yang mungkin roboh.
- Jika sedang berada dalam mobil, hindari persimpangan. Pinggirkan mobil di kiri bahu jalan dan berhentilah. Jika mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat yang tinggi seperti bangunan yang lebih tinggi atau bukit.
- Ikuti instruksi evakuasi dari pengelola, penjaga, atau petugas yang berwenang.
Selain korban jiwa, gempa yang terjadi di Cianjur juga dilaporkan menyebabkan lebih dari 22.000 unit rumah rusak total. Selain kedalaman gempa yang dangkal dan efek topografi, struktur bangunan yang tidak memenuhi standar menjadi faktor lain yang membuat gempa ini sangat berdampak terhadap kerugian.
Sebenarnya tidak ada larangan untuk membangun rumah atau bangunan lainnya di daerah rawan gempa, tetapi struktur bangunan yang tahan gempa wajib dipenuhi. Seperti apa sih struktur bangunan tahan gempa?
Ciri-Ciri Rumah Tahan Gempa
Mengutip dari Kumparan, berikut adalah ciri-ciri yang harus dimiliki rumah tahan gempa, seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Ikhsan, ahli teknik sipil dari Universitas Riau dan Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
1. Tiang fondasi menempel kuat
Tiang fondasi harus menempel kuat dengan fondasi bawah agar tidak mudah tumbang. Pemasangan tiang harus mempertimbangkan guncangan ke arah samping yang terjadi saat gempa. Jenis fondasi yang biasanya digunakan pada bangunan tahan gempa antara lain fondasi batu kali dan pelat beton lajur.
2. Menambahkan besi angkur pada dinding
Untuk dinding yang lebih kuat, besi angkur diselipkan pada setiap enam batu bata yang disusun untuk menempelkan dinding ke tiang. Dengan perhitungan tersebut, akan ada satu besi angkur yang menahan agar dinding tidak mudah roboh.
3. Mengikat rangka atap ke tiang rumah
Selain dinding yang terancam roboh, atap bangunan menjadi ancaman lain bagi keselamatan penghuni rumah saat terjadi gempa.
Untuk menghindarinya, kuda-kuda atap atau rangka atap perlu diikat ke tiang rumah. Setelah diikat ke tiang, diikatkan juga ke balok kelilingnya menggunakan ring balok dalam dan bagian atas.
Dengan demikian semua bagian rangka atap mengikat dengan lebih sempurna dan tidak langsung roboh jika terjadi guncangan.
4. Kekuatan dinding, tiang, dan material
Selain struktur, bahan material juga harus menjadi bahan perhatian. Gunakanlah bahan-bahan yang sesuai dengan building code yang telah dipetakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Struktur dan bahan bangunan harus berkesinambungan untuk melengkapi karakteristik rumah tahan gempa.
Rumah tahan gempa dapat tercipta jika seluruh elemen dari bangunan seperti fondasi, balok sloof, kolom, dinding, serta balok atap tersambung dengan baik dan benar. Diperlukan juga penyalur beban dari satu elemen ke elemen lainnya.
Baca juga: Rumah Mengalami Musibah? Tenang Saja, Ada Asuransi Properti
Pembuatan rumah tahan gempa memang tidak murah, bahkan bisa dibilang lebih mahal dibandingan bangunan rumah biasa. Namun, masalah biaya sebenarnya bisa disiasati dengan penggunaan bahan-bahan bangunan alternatif. Dan, apabila memikirkan untuk jangka waktu yang panjang, pembuatan rumah dengan bahan bangunan yang dapat menahan gempa akan lebih meminimalisir pengeluaran tambahan di kemudian hari.
Gempa bumi memang tidak secara langsung melukai dan menyebabkan korban jiwa. Namun, gempa bumi dapat menyebabkan dampak fisik yang melukai dan menyebabkan korban jiwa akibat dari robohnya bangunan, tanah longsor, permukaan tanah dan jalanan terputus, banjir karena rusaknya tanggul, dan kemungkinan tsunami.
Selain itu, dampak lanjutan juga dapat muncul setelah korban pindah sementara ke pengungsian. Mulai dari kehilangan harta benda, ada kemungkinan terkena penyakit dan kelaparan. Dibutuhkan pula waktu dan tenaga yang luar biasa untuk membangkitkan kembali kegiatan ekonomi di sekitar lokasi gempa.
Membangun rumah tahan gempa menjadi salah satu langkah mitigasi yang bisa dilakukan untuk menekan jumlah korban jiwa. Langkah lainnya adalah dengan menyiapkan perlindungan untuk hunianmu, seperti Allianz RumahKu Plus.
Sesuai kebutuhan, kamu bisa memilih jenis perlindungan untuk Houseowner yang meliputi bangunan atau Householder yang meliputi isi rumah, termasuk peralatan elektronik dan furnitur. Kamu juga dapat menyesuaikan rate premi tergantung dari paket yang dipilih beserta jaminan perlindungannya.
Asuransi Allianz RumahKu Plus menyediakan berbagai jenis perlindungan, termasuk kebakaran, benturan dengan kendaraan atau lainnya, pencurian, kerusakan harta benda, dan bencana alam seperti badai, siklon, topan, angin ribut, gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, dan tsunami.
Kita tidak pernah tahu kapan bencana alam akan menghampiri kita. Yang bisa kita lakukan adalah senantiasa menyiapkan diri kita dengan mencari tahu apa yang bisa kita lakukan sebagai mitigasi. Cek selengkapnya mengenai Allianz RumahKu Plus di sini!