Dari para Boomer yang mendekati masa pensiun hingga Milenial dan Generasi Z yang memulai debut karier mereka, ada banyak generasi berbeda berada dalam satu lingkungan kerja. Keberagaman ini seharusnya bisa membuat situasi kerja menjadi lebih baik, karena setiap generasi tersebut dapat saling melengkapi satu sama lain. Namun kenyataannya, perbedaan generasi ini kerap menyebabkan konflik di lingkungan kerja.
Jadi, mengapa pekerja dari berbagai generasi sering salah paham tentang kebiasaan kerja satu sama lain? Dan bagaimana kamu bisa menghindari bias generasi di tempat kerja?
Baca Juga: Generasi Corona Susah Dapat Kerja? Coba 6 Tip Cari Kerja untuk First Jobber di Masa Pandemi
Sifat Lima Generasi & Ciri-cirinya
Pertama, yuk cari tahu dahulu secara singkat sifat dan karakteristik dari lima generasi di tempat kerja secara umum. Sekilas tentang setiap generasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari International Journal of Advance Research and Development yang ditulis oleh Kothapalli Saileela dan Dr. Swetha Thiruchanuru, serta penjelasan dari American Management Association berikut ini:
1. Traditionalists
Generasi Tradisionalis juga dikenal sebagai Veteran dan Silent, biasanya telah mencapai puncak tangga perusahaan sepanjang karier mereka, meskipun sebagian besar sudah pensiun atau yang masih bekerja lebih sedikit.
Karakteristik: Praktis, berdedikasi, setia, juga cenderung menghormati otoritas dan bekerja keras. Generasi ini juga dikenal karena komitmen yang kuat untuk kerja tim dan kolaborasi, serta mengembangkan keterampilan komunikasi antarpribadi.
Tantangan yang mereka hadapi: Generasi ini sering kali mendapat stereotip yang kurang tepat sebagai pribadi yang kuno, kaku, dan sulit untuk berubah.
2. Boomers
Para Boomers ini memiliki komitmen yang kuat untuk membuat perbedaan dan cukup kompetitif serta vokal untuk menunjukkan banyak perubahan. Generasi ini adalah generasi yang paling mandiri, dan enggan mencari bantuan dari siapa pun.
Selain itu, para Boomers juga paling dikenal sebagai workaholic. Mereka selalu menunjukkan rasa antusias mereka di tempat kerja. Bahkan memasuki masa pensiun, antusiasme untuk melanjutkan pekerjaan semakin meningkat untuk tugas yang lebih menantang dan mendapatkan kepuasan pribadi.
Karakteristik: Kompetitif, fokus berorientasi pada tujuan, dan dikenal sebagai pemain tim yang optimis, disiplin, dan kuat.
Tantangan yang mereka hadapi: Memiliki sifat workaholic, beberapa orang menyebut generasi ini sebagai pecandu kerja yang digerakkan oleh kekuatan karena mereka bekerja dengan tim untuk mencapai tujuan bersama. Mereka juga dicirikan sebagai generasi yang mengejar kepuasan pribadi.
3. Generation X
Banyak Generasi X yang lahir antara tahun 1965 dan 1980, tumbuh sebagai anak dari para orangtua yang bekerja. Dengan begitu, mereka terbiasa menerima instruksi dan menyelesaikan pekerjaan dengan sedikit pengawasan. Akibatnya, banyak Gen X menyukai kemandirian dalam hal pengambilan keputusan dan manajemen proyek di tempat kerja. Jadi, umumnya mereka dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaan bahkan tanpa perlu adanya supervisor.
Karakteristik: Mandiri, skeptis, pragmatis, dan Generasi X sangat menginginkan work-life balance. Mereka juga cenderung memiliki keterampilan teknis yang kuat dan dianggap adaptif terhadap ketidakstabilan pekerjaan di lingkungan kerja.
Tantangan yang mereka hadapi: Fleksibilitas dan keinginan mereka untuk bisa bertanggung jawab pada banyak hal terkadang distereotipkan dengan menyebut generasi ini tidaksabaran, egois, dan sulit untuk berkomitmen.
4. Millennials
Lahir antara tahun 1981 dan 1996, Generasi Milenial adalah generasi pertama yang tumbuh dewasa di tengah pesatnya pertumbuhan internet. Mereka dianggap sebagai salah satu generasi yang paling tangguh dalam menavigasi perubahan dengan menghargai keragaman dan inklusi. Milenial umumnya adalah generasi pekerja yang paling berpendidikan saat ini. Banyak Milenial dipengaruhi oleh orangtua mereka (Boomer) untuk bekerja keras dan menetapkan tujuan.
Karakteristik: Ambisius, mendambakan pengalaman baru, bekerja paling baik sebagai tim, dan membutuhkan umpan balik secara teratur.
Tantangan yang mereka hadapi: Generasi Milenial terkadang mendapat reputasi buruk karena dinilai sebagai generasi yang manja dan tidak sopan serta terlalu bergantung pada teknologi. Para peneliti juga menemukan bahwa bagi mereka tunjangan, gaji, dan asuransi kesehatan adalah yang paling penting, sedangkan kesempatan pelatihan dan nilai-nilai intrinsik kurang penting. Selain itu, para milenial juga kerap berganti karier.
5. Generation Z
Gen Z, terdiri dari orang-orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, adalah generasi terbaru yang memasuki dunia kerja. Gen Z tumbuh dalam perkembangan teknologi yang pesat, televisi, dan media sosial. Ini berarti mereka adalah multitasker ahli yang lebih suka mendapatkan umpan balik langsung. Generasi ini juga umumnya lebih suka berbicara tatap muka.
Karakteristik: Kewirausahaan dan tech-savvy adalah dua karakteristik umum dari Generasi Z. Multi-tasking juga dianggap kemampuan alami untuk generasi ini.
Tantangan yang mereka hadapi: Kelompok ini mungkin mengharapkan tempat kerja sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka bersedia untuk bekerja keras, dan sangat berharap untuk dihargai.
Baca Juga: Info Lengkap Cara Kamu Memanfaatkan Media Sosial Agar Dilirik Perusahaan
Nah, buat kamu yang berkesempatan bisa bekerja dengan kolega multigenerasi, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar bisa perform dan sukses bekerja dengan kolega multigenerasi.
1. Hindari Stereotip
Stereotip hanya akan menyebabkan kebencian dan menghambat budaya perusahaan untuk berkembang. Kamu pasti sudah sering sekali mendengar istilah: ‘Don’t judges the book by its cover’? Maka, saat kita menghubungkan sifat atau kebiasaan kerja tertentu dengan seseorang, secara tidak langsung kita hanya menggambarkan kepribadian seseorang. Masalah yang lebih besar adalah bahwa orang-orang dari setiap generasi yang bekerja denganmu memang memiliki cara bekerja yang berbeda dari kamu.
2. Sadari dan hargai setiap perbedaan yang ada
Sangat besar kemungkinan kesalahpahaman terjadi mengenai gaya kerja seseorang jika kamu tidak bertanya kepada orang tersebut apa yang mereka butuhkan. Misalkan saja, para Milenial cenderung menginginkan lebih banyak keterlibatan dari manajer. Terkadang pekerja yang lebih tua mungkin melihat sifat itu sebagai sifat manja, kurangnya ambisi atau ketekunan. Tetapi, bisa jadi yang diinginkan para Milenial adalah kebutuhan mereka untuk pendekatan kolaboratif.
Maka, cara terbaik adalah menyadari perbedaan yang ada dan setiap pekerja memahami preferensi satu sama lain. Dengan begitu dapat mempermudah dalam melakukan perubahan kecil serta menghormati pandangan yang berbeda.
3. Aktif terlibat dengan kolega lain untuk membangun kerja tim yang baik dan hindari satu pendekatan untuk semua orang
Semakin kamu terlibat dengan tim, maka akan semakin baik kinerja tim kamu. Cara ini memungkinkan kamu untuk menciptakan kepercayaan dan membangun ikatan untuk dapat melakukan yang terbaik, tanpa mengganggu anggota tim lainnya. Cobalah secara aktif dengan memantau, melibatkan, memotivasi, menantang, dan bahkan mendisiplinkan tim kamu.
Namun, ingat bahwa tidak ada satu patokan atau cara yang bisa sesuai untuk semua pendekatan pada setiap generasi. Kenali tim kerja kamu, apa yang berhasil dan apa yang tidak, bagaimana cara memotivasi mereka, gaya belajar mereka, dan sebagainya. Dengan strategi ini, kamu dapat melihat perbedaan generasi dengan lebih mudah dan dapat memenuhi kebutuhan masing-masing serta dapat menjangkau setiap anggota tim untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kuat dan dapat memahami siapa mereka.
4. Tetapkan ekspektasi bersama misalkan saja perihal kebijakan jam kerja
Setiap individu dalam tempat kerja pastinya memiliki prioritas dan kebutuhan masing-masing, misalnya terkait komunikasi, gaya kerja, jam kerja, dan lain sebagainya. Maka, penting untuk seluruh tim dapat berkumpul secara berkala untuk menilai kinerja seputar harapan bersama dan terlibat dalam menentukan tujuan bersama dan penetapan tujuan.
Misalkan saja kamu bersama anggota tim lainnya bisa menetapkan ekspektasi utama dengan memilih tiga atau empat kebijakan kerja yang tidak dapat dinegosiasikan bagi pekerja dari segala usia. Contohnya, di tempat kerja yang fleksibel, karyawan mungkin perlu untuk bekerja di meja mereka selama jam kerja utama dari jam 08.00-17.00, tetapi dapat memilih apakah akan tiba lebih awal atau pulang kantor lebih lama.
5. Empati dan berhenti untuk melihat perbedaan ini sebagai kesenjangan multigenerasi
Perusahaan tentunya mempekerjakan orang-orang dari berbagai generasi beradasarkan kemampuan yang mereka miliki. Ketika kita memahami perbedaan generasi di tempat kerja dan menerimanya apa adanya, maka kita semua dapat bekerja sama secara lebih efektif. Yang perlu kamu lakukan adalah berempati untuk mengenali siapa mereka dan apa yang mereka sumbangkan kepada perusahaan, bukan dari generasi mana mereka berasal, melainkan dari kerja keras mereka, maka kamu pun akan bisa lebih bersemangat melakukan hal yang sama dan berkontribusi lebih untuk perusahaan.
Baca Juga: Tren Terbaru Masa Depan Lingkungan Kerja Hybrid
Dengan keragaman kolega multigenerasi di tempat kerja saat ini, setiap generasi tentunya memiliki karakteristik, nilai, dan sikap yang berbeda terhadap pekerjaan, serta berdasarkan pengalaman hidupnya masing-masing. Agar berhasil mengintegrasikan keberagaman ini ke tempat kerja, kamu juga punya peran besar menciptakan budaya perusahaan yang secara aktif menunjukkan produktivitas dengan merangkul keragaman. Remember, working together, you can achieve more!
Sumber:
https://www.ijarnd.com/manuscripts/v2i11/V2I11-1155.pdf
https://www.amanet.org/articles/leading-the-four-generations-at-work/