Tahun baru membawa angin segar untuk kita semua. Sebab, perekonomian Indonesia di tahun 2022 diprediksi akan semakin membaik. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini akan mencapai 4,7%-5,5%, atau meningkat dari 3,2%-4% di tahun 2021. Perbaikan ekonomi ini tak terlepas dari program vaksinasi Covid-19 yang semakin meningkat. Dengan semakin luasnya jangkauan vaksin, maka pandemi Covid-19 diharapkan akan terkendali, sehingga kehidupan perekonomian dapat pulih.
Tren perbaikan ekonomi ini juga bisa membawa dampak positif bagi karir dan bisnis kamu. Setidaknya, ada beberapa tren keuangan yang akan marak di tahun ini yang bisa kamu manfaatkan. Di antara tren tersebut, ekonomi keuangan digital masih akan meningkat pesat. BI memperkirakan, nilai transaksi e-commerce akan mencapai Rp530 triliun, uang elektronik Rp337 triliun, dan digital banking akan menyentuh lebih dari Rp48.000 triliun.
Baca juga: Baru Naik Gaji? Lakukan 6 Langkah untuk Mencapai Financial Freedom
Tren ekonomi digital semakin berkembang
Eko Endarto, pendiri dan perencana keuangan Finansia Consulting, juga memperkirakan bahwa tren ekonomi digital akan semakin berkembang sebagai cara new normal masyarakat dalam hidup berdampingan dengan virus corona. “Ketidakpastian masih akan ada, karena munculnya jenis-jenis baru Covid-19. Jadi, masyarakat sadar bahwa tak ada cara lain melanjutkan hidup selain dengan cara new normal,” ujar Eko kepada Allianz Indonesia, Januari 2022. Secara umum, Eko memprediksi ada beberapa tren yang akan berkembang tahun ini.
1. Transformasi digital dalam dunia kerja
Peralihan berbagai aktivitas masyarakat ke ranah digital akan semakin berkembang tahun 2022. Melakukan aktivitas secara virtual atau online akan menjadi solusi melakukan pekerjaan dan sekolah, di masa pandemi yang belum berakhir. “Masyarakat kita semakin menyadari bahwa life must go on. Jadi, apa yang biasa dilakukan, harus dijalankan dengan cara baru. Bisnis dilakukan dengan cara baru, bekerja dengan cara baru, mencari penghasilan dengan cara baru, agar hidup bisa terus berjalan,” terang Eko.
2. Pelaku bisnis menerapkan marketing dari semua saluran
Tak hanya karyawan, pelaku bisnis juga harus menerapkan cara baru menghadapi tahun 2022. Digitalisasi juga masih akan terlihat kental di dunia usaha, mulai dari peralihan dari toko fisik ke toko online atau e-commerce, serta memasarkan produk dan jasa melalui semua saluran platform digital. Platform yang biasa dipakai para pengusaha untuk memasarkan barang dan jasanya ialah media sosial seperti Instagram dan TikTok, e-commerce, video streaming seperti YouTube, dan newsletter.
Baca juga: #YUKPAHAMI Cara Pengajuan Klaim yang Benar untuk Penyakit Kritis
3. Digitalisasi sistem pembayaran akan semakin popular
Tak cuma saluran pemasaran, pelaku usaha juga mulai merambah sistem pembayaran digital untuk mempermudah pelanggan yang ingin bertransaksi cashless. Sistem pembayaran digital ini antara lain e-wallet, QRIS, atau bekerja sama dengan penyedia digital payment. Selain praktis, cashless juga efektif mencegah penularan virus corona. Menghadapi tren ini, para pelaku usaha pun mau tidak mau perlu bekerja sama dengan para penyedia layanan pembayaran digital.
Kemudahan sistem pembayaran ini tentu akan mendorong perilaku konsumtif. Hal ini didorong pula oleh banyaknya promo dan diskon yang ditawarkan berbagai merchant untuk menjaring konsumen. Sehingga, untuk menghadapi gempuran kemudahan pembayaran digital, Eko berpesan agar masyarakat mengendalikan perilaku konsumtif. “Ini saatnya kecerdasan finansial kita diuji. Artinya, kita perlu menentukan skala prioritas, mana yang kita butuhkan, dan mana yang tidak,” terangnya.
4. Kesadaran pentingnya proteksi dan dana darurat meningkat
Eko menilai, ketidakpastian juga mendorong masyarakat untuk semakin sadar pentingnya proteksi dan dana darurat. “Masyarakat pun semakin cerdas, di mana mereka mencari proteksi dan mengerti tujuan dari proteksi itu ialah mencari perlindungan, bukan yang lain,” papar Eko. Ini akhirnya mendorong masyarakat untuk mulai mencari produk asuransi untuk memenuhi kebutuhan perlindungan diri dan keluarga, sebab tidak ada yang dapat memprediksi risiko yang bisa terjadi di masa depan
Selain itu, masyarakat semakin sadar pentingnya memiliki dana darurat, mengurangi perilaku konsumtif, serta menentukan alokasi dana darurat sebagai prioritas, mengingat risiko bisa terjadi kapan saja. Risiko yang dapat terjadi saat ini bukan hanya kematian dan jatuh sakit, tetapi juga yang terkait dengan pekerjaan, seperti bisnis yang lesu atau kehilangan pekerjaan.
5. Bisnis terkait intermediary akan berkembang
Selanjutnya, Eko memandang bisnis terkait intermediary akan berkembang di tahun ini. Yang dimaksud dengan intermediary adalah mereka yang menawarkan solusi menghubungkan antara orang yang menawarkan barang dan jasa, dengan mereka yang membutuhkan barang dan jasa tersebut. Jasa payment system dan drop shipper termasuk contoh bisnis penghubung. Kemunculan tren ini tidak terlepas dari perkembangan dunia digital yang mendorong pelaku usaha besar seperti manufaktur untuk merambah konsumen, namun memiliki keterbatasan dalam hal pemasaran. Pelaku bisnis penghubung ini memiliki basis komunitas yang menjadi pasar potensial bagi produsen.
6. Konsumen digital meningkat, toko fisik akan lebih sepi
Sebagai efek meningkatnya aktivitas transaksi online, hal ini akan membuat toko fisik ditinggalkan pelanggan. Sebaliknya, toko online mulai menjamur. Menyadari risiko sepinya toko fisik, para pelaku usaha pun harus jeli mengatasi fenomena ini. Toko fisik yang sepi akan membuat biaya sewa menjadi tidak optimal. Hal ini bisa diatasi dengan menyewa dapur bersama untuk pelaku usaha kuliner. Atau, para pelaku usaha umum juga bisa menyewa kantor virtual. Sehingga, biaya sewa yang tadinya dialokasikan untuk toko fisik, bisa dialihkan untuk mengembangkan toko online atau website usaha.
7. Aset digital dan investasi derivatif semakin popular
Popularitas aset digital seperti non fungible token (NFT), cryptocurrency seperti Bitcoin, serta kehadiran robot trading masih akan populer di tahun 2022. Eko memandang, ini sedikit banyak dipengaruhi oleh banyaknya orang melakukan aktivitas dari rumah. Sehingga, mereka memiliki banyak waktu untuk mendalami hal-hal baru, termasuk investasi di dunia metaverse. “Teknologi dan kecepatan informasi sudah berkembang luar biasa, sehingga hal-hal baru ini menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan pengalaman baru berinvestasi,” kata Eko. Yang perlu diingat, investasi selalu mengandung risiko kerugian. Karena itu, Eko berpesan agar masyarakat harus belajar lebih dahulu, sebelum mengambil keputusan investasi. Karena sejatinya seseorang berinvestasi karena sudah paham, bukan karena terbawa fenomena fear of missing out (FOMO) atau kekhawatiran ketinggalan tren.
8. Kaum milenial masih akan meramaikan pasar saham
Bukan hanya aset digital dan investasi derivatif saja yang akan semarak di tahun ini. Investasi saham juga masih akan meningkat, didorong oleh peningkatan investor milenial. Bursa Efek Indonesia dalam siaran persnya, Desember 2021 lalu memaparkan bahwa total jumlah investor di pasar modal Indonesia per 29 Desember 2021 meningkat 92,7% menjadi 7,48 juta investor dari 3,88 juta investor per akhir Desember 2020. Pertumbuhan investor ritel tahun lalu ditopang oleh kalangan milenial dan Gen-Z, atau mereka yang berusia hingga 40 tahun, yang mencapai 88% dari total investor ritel baru per November 2021.
Eko memperkirakan, tren dominasi kaum milenial di pasar modal ini masih akan berlanjut di tahun 2022. “Investasi saham juga merupakan hal baru bagi investor milenial, jadi mereka juga akan merambah ke investasi ini,” terang Eko. Peningkatan minat investor milenial pada investasi saham ini tidak terlepas dari kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh perusahaan aset manajemen dan broker. Contohnya, maraknya aplikasi investasi serta produk-produk investasi saham yang atraktif, sehingga membuat kaum milenial semakin mudah berinvestasi dalam genggaman.
Baca juga: #YUKPAHAMI Lebih Dalam Tentang Asuransi Jiwa Tradisional
Apapun tren keuangan yang akan berkembang di tahun 2022, jangan lupa untuk melindungi diri dengan Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan. Kedua proteksi ini akan membantumu mewujudkan kebebasan finansial yang telah diimpikan. Sebab, Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan akan melindungimu dan keluarga dari risiko-risiko finansial yang dapat terjadi di masa depan, terutama saat pandemi belum berakhir seperti saat ini. Selamat menimbang!