Isoman atau isolasi mandiri menjadi istilah yang akrab di telinga kita belakangan ini. Maklumlah, sejak akhir Juni lalu, negeri kita dilanda gelombang kedua infeksi virus corona. Di saat pandemi sedang gawat-gawatnya seperti sekarang ini, jumlah orang yang terinfeksi virus corona jauh di atas kapasitas yang tersedia di rumah sakit.
Beberapa dari orang yang terinfeksi virus corona mengalami gejala ringan. Bahkan, banyak juga yang tidak mengalami gejala sama sekali. Itu sebabnya, pemerintah memberlakukan kebijakan untuk memprioritaskan rumah sakit untuk pasien COVID-19 yang memiliki gejala sakit berat dan membutuhkan perawatan intensif. Sementara bagi pasien yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, disarankan melakukan isolasi mandiri dengan cara berdiam diri dan tidak keluar rumah, agar tidak menginfeksi orang lain
Baca juga: Kondisi COVID-19 Semakin Genting, Saatnya Ambil Bagian di Masa Pandemi
Kriteria pasien yang bisa menjalani isolasi mandiri
Kementerian Kesehatan sendiri telah mengeluarkan beberapa kriteria bagi pasien COVID-19 yang hendak menjalankan isolasi mandiri. Beberapa kriteria itu antara lain:
- Pasien mengalami demam dengan suhu di atas 38 derajat Celcius, batuk, sakit tenggorokan, dan pilek
- Tidak memiliki penyakit penyerta
- Rumah memenuhi syarat sebagai tempat isolasi mandiri
- Lingkungan mendukung kebutuhan pemenuhan fisik, mental, dan medis pasien
- Disarankan melakukan isolasi mandiri oleh dokter
Tips menjalani isolasi mandiri
Tujuan melakukan isoman ialah, agar pasien bisa melakukan pengobatan yang maksimal dan tetap diawasi oleh dokter agar tubuh semakin sehat. Untuk mempercepat kesembuhan, pasien perlu mendapatkan asupan makanan dan gizi yang seimbang. Ini bisa diperoleh dengan dukungan dari orang di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, Rukun Tetangga (RT), dan komunitas lainnya. Pasien perlu mendapatkan pengobatan dan dukungan ini tanpa melakukan kontak langsung dengan orang lain yang tidak terinfeksi. Nah, agar isoman dapat berlangsung lancar dan pasien dapat sembuh, simak beberapa tips berikut.
1. Menggunakan masker dua lapis
Mengutip pernyataan dr. Andi Khomeini Takdir SpPD, dokter spesialis penyakit dalam di RS Darurat COVID-19 yang diunggah di laman covid19.go.id, seseorang yang menjalani isolasi mandiri dan keluarga yang sehat namun tinggal di rumah yang sama dengan orang yang terinfeksi, seharusnya menggunakan masker dua lapis. Protokol ini merujuk ke hasil penelitian yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention (CDC), atau lembaga pencegahan penyakit menular Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa penggunaan masker dua lapis meningkatkan proteksi dari kisaran 60%-80%, menjadi 90%.
2. Kamar harus terpisah
Orang yang harus menjalani isoman seharusnya berada di kamar yang terpisah dengan orang lain yang sehat. Idealnya, pemisahan kamar di antara mereka yang sehat dan orang yang sudah terinfeksi juga berlaku untuk kamar mandi.
Dalam situasi di mana pasien tidak memiliki kamar yang terpisah dari orang lain, misalnya penghuni kamar kos atau asrama, maka pastikan ranjang yang digunakan pasien berjarak minimal satu meter dari tempat tidur mereka yang tidak terinfeksi. Orang yang sedang isoman dan mereka yang tidak terinfeksi juga bisa menggunakan kamar mandi yang sama, asalkan ada jeda waktu penggunaan kamar mandi oleh orang yang sudah terinfeksi dengan mereka yang tidak sakit.
Pengguna kamar mandi yang sama juga harus rutin membersihkan bagian kamar mandi yang dipakai atau disentuh bersama, seperti gagang pintu, keran, tutup toilet, dan lainnya, dengan disinfektan. Kendati menggunakan kamar mandi yang sama, usahakan agar alat mandi, terutama sikat gigi, tidak dipergunakan bersama-sama.
3. Kamar memiliki jendela atau ventilasi
Kamar yang digunakan sebagai tempat isoman seharusnya memiliki jendela atau ventilasi agar ruang tersebut memiliki sirkulasi udara yang baik. Ini persyaratan mutlak bagi mereka yang menjalani isoman di kamar tidur dan kamar mandi yang sama dengan orang-orang yang tidak sakit.
Sirkulasi udara yang baik penting untuk pencegahan penularan virus corona, mengingat virus ini menular salah satunya melalui droplet dan aerosol. Aerosol adalah partikel yang keluar dari saluran pernafasan, yang berukuran kurang dari 5 mikron, atau lebih kecil dari droplet yang berukuran 5 mikron-10 mikron.
Aerosol memiliki kemampuan mengapung di udara dan bertahan selama 16 jam. Sehingga, kemungkinan virus akan terhidup bagi orang yang belum terinfeksi akan lebih besar jika orang tersebut berada di ruang yang tertutup, atau ruang dengan sirkulasi udara yang buruk.
4. Pasien harus menjaga makanan dengan gizi seimbang
Menjaga pola makan yang bergizi sekaligus seimbang jelas merupakan kunci menjaga kesehatan. Namun bagi orang yang sedang isoman, tips ini bisa menjadi sesuatu yang sulit karena salah satu gejala COVID-19 ialah berkurangnya nafsu makan. Di samping itu, pasien COVID-19 juga lazimnya mengalami gangguan penciuman atau anosmia. Itu sebabnya, para dokter menyarankan, keluarga ikut membantu mengawasi pola makan orang yang sedang menjalani isoman.
5. Berjemur dan olahraga
Berjemur merupakan kegiatan yang disarankan di masa pandemi, apalagi bagi mereka yang sedang menjalani isoman. Alasannya, sinar matahari akan memicu produksi vitamin D dalam tubuh seseorang. Peningkatan kadar vitamin D akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Para ahli menyarankan untuk berjemur sekitar jam 09.00 pagi, agar produksi vitamin D di tubuh meningkat. Bagi orang yang tinggal di daerah tropis, seperti di Indonesia, durasi berjemur antara 15 menit hingga 30 menit.
Baca juga: #YukNambahKebaikan dan Rayakan Idul Adha dengan Berkurban dan Punya Asuransi Syariah
6. Menjaga kesehatan mental
Salah satu bentuk sederhana dari upaya menjaga kesehatan mental adalah membatasi akses informasi. Seseorang yang sedang menjalani isoman ada baiknya mengurangi konsumsi informasi, terutama yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Imbangi kesehatan tubuh, dengan selalu berpikir positif. Mendekatkan diri ke Tuhan dengan cara berdoa, ataupun bermeditasi bisa menjadi pilihan.
7. Berkonsultasi dengan dokter lewat layanan telemedicine
Meski tak memiliki gejala sakit, seseorang yang sedang menjalani isolasi mandiri seharusnya tetap terpantau oleh dokter. Begitu pula bagi pasien yang memiliki gejala ringan hingga sedang. Pemantauan oleh tenaga kesehatan ini bertujuan untuk memastikan proses pemulihan mereka yang sudah terinfeksi berjalan dengan seharusnya.
Seseorang yang sedang menjalani isoman bisa memanfaatkan layanan konsultasi secara online atau telemedicine gratis untuk mendapat pemantauan dari dokter. Mengutip situs Kementerian Kesehatan, ada 11 platform telemedicine yang bekerja sama dengan pemerintah. Melalui 11 platform itu, mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri, bisa melakukan konsultasi dengan dokter sekaligus mendapatkan obat gratis dari pemerintah.
8. Pantau saturasi oksigen, suhu tubuh, dan kesulitan bernafas
Dalam menjalani isoman, seseorang harus tetap waspada memantau kondisi kesehatannya. Indikator kesehatan yang harus selalu dipantau dari seseorang yang terinfeksi virus corona, seperti saturasi oksigen dan suhu tubuh. Seseorang juga bisa perlu mencermati apakah ia mengalami kesulitan bernafas atau tidak.
Untuk memantau saturasi oksigen, alat yang bisa digunakan adalah oksimetri. Seseorang disebut dalam kondisi sehat apabila memiliki saturasi oksigen di kisaran 95 hingga 100. Jika saturasi oksigen jatuh ke keisaran 93 hingga 94, seseorang disarankan melakukan posisi tengkurap atau prone agar kadar oksigen kembal meningkat.
Yang perlu diwaspadai adalah saturasi oksigen yang jatuh di bawah kisaran 92. Jika ini terjadi, seorang yang melakukan isoman diwajibkan menghubungi dokter untuk mendapatkan perawatan medis.