Pasar modal Indonesia kembali menggeliat setelah membukukan pertumbuhan positif sepanjang tahun lalu. Keberhasilan pemerintah di tahun 2021 dalam mengendalikan pandemi Covid-19 melalui program vaksinasi membuat sejumlah indikator ekonomi makro bergerak positif, termasuk indeks pasar modal. Sepanjang tahun 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 6.581, rebound atau tumbuh 10,08% year-to-date (YTD).
Pertumbuhan nasional dan global juga menunjukkan tanda-tanpa pemulihan di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Di tahun 2021, Indonesia mencatatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 3,3%. Adapun PDB negara-negara yang tergabung dalam G20 tumbuh sebesar 5,9% tahun lalu.
Baca juga: Simak Prediksi Tren Keuangan yang akan Marak di Tahun 2022
“Indonesia telah memasuki fase pemulihan sejak Q4 2021 terutama didukung oleh pengendalian kasus baru Covid-19, serta perkembangan positif dari percepatan peluncuran vaksinasi,” ujar Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, pada acara “Market Outlook & Face Reading: Kenali Diri dan Raih Peluang” yang berlangsung pada 18 Januari 2022 lalu. Peluncuran vaksin dan penyebaran booster juga diharapkan dapat menghentikan penyebaran virus sehingga akan memudahkan pembatasan mobilitas.
Ni Made juga memprediksikan bahwa perbaikan ekonomi masih akan terus berlanjut di tahun 2022. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan akan mencapai 5,2%, inflasi di angka 3% atau lebih terkendali dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, serta peningkatan konsumsi listrik, mobil, dan semen domestik.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang positif pun diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2023 di kisaran 5,1%. Tak hanya nasional, perekonomian global juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan. Perekonomian negara-negara G20 misalnya, diperkirakan tumbuh 4,7% di tahun 2022 dan 3,3% di tahun 2023.
Baca juga: #YUKPAHAMI Manfaat Asuransi Jiwa Unit Link agar Sesuai Kebutuhan Perlindungan
Strategi investasi di tahun 2022
Berangkat dari indikator positif ini, Allianz Indonesia akan melakukan sejumlah strategi investasi di tahun 2022 agar dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja fund. Simak strategi investasi Allianz di tahun 2022 berikut, yang dapat kamu jadikan panduan dan pertimbangan dalam berinvestasi.
1. Saham akan overweight
Allianz Indonesia memperkirakan prospek pasar saham di Indonesia akan overweight atau positif di tahun 2022. Hal ini sejalan dengan prediksi sejumlah sekuritas. Mandiri Sekuritas misalnya, seperti dikutip Kumparan, Januari 2022, memprediksi IHSG tahun ini akan tembus 7.400, atau naik 12,4% dari akhir tahun 2021. Sementara Mirae Asset Sekuritas Indonesia seperti dikutip Antara, Desember 2021, memprediksi IHSG tahun 2022 akan menyentuh 7.600, atau tumbuh 15,5% dari akhir tahun lalu.
Dengan demikian, perhatian pada sektor siklikal perlu ditingkatkan, seiring dengan pemulihan ekonomi di tahun ini. Yang dimaksud dengan saham-saham siklikal ialah saham yang pergerakan harganya sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi, seperti saham sektor keuangan, energi, industri, dan komoditas.
2. Obligasi akan netral
Sementara, Allianz Indonesia memandang pasar obligasi tahun 2022 akan netral. Prediksi ini juga tak terlepas dari sejumlah indikator. Konsensus ekonom Bloomberg seperti dikutip Kontan, Januari 2022, memperkirakan pasar obligasi Indonesia tahun ini akan bergerak moderat, dipengaruhi oleh tekanan inflasi di Amerika Serikat dan global. Dampaknya, likuiditas perbankan diperkirakan masih akan terjaga, serta rencana penerbitan obligasi pemerintah pun akan stabil.
3. Evaluasi fund
Berkaca pada prospek saham dan obligasi di atas, kamu pun perlu mengevaluasi fund dan portofolio investasi yang kamu miliki. Setidaknya, evaluasi fund perlu dilakukan minimal setahun sekali untuk memantau apakah investasi yang kamu miliki sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin dicapai. Ada beberapa langkah yang perlu kamu lakukan dalam mengevaluasi investasi menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu:
- Cek harga beli investasi serta harga saat ini. Tujuannya untuk mengetahui apakah investasimu berkembang, stabil, atau bahkan merugi.
- Bandingkan pertumbuhan atau penurunan investasi kamu dengan IHSG. Hal ini bertujuan apakah perkembangan atau penurunan investasi yang kamu miliki sejalan dengan kondisi pasar atau tidak. Jika tidak, maka kamu perlu mempertimbangkan untuk memindahkan portofolio investasimu ke instrumen investasi lainnya.
- Evaluasi pertumbuhan investasi apakah memenuhi target atau tidak. Misalnya, kamu ingin mengumpulkan dana pendidikan anak sebesar Rp100 juta untuk enam tahun ke depan. Agar bisa mencapai jumlah tersebut, kamu perlu menempatkan dana di instrumen investasi yang dapat memberikan imbal hasil 15% per tahun, dengan berinvestasi rutin sebesar Rp850.000 per bulan.
Baca juga: #YUKPAHAMI Lebih Dalam Tentang Asuransi Jiwa Tradisional
Terlepas dari strategi investasi yang kamu pilih, jangan lupa lindungi diri dan keluarga dengan Asuransi Jiwa. Dengan memiliki Asuransi Jiwa, kamu akan memperoleh jaminan perlindungan jiwa saat melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga apabila terjadi risiko kamu tidak perlu mengeluarkan dana yang besar dari investasi yang telah kamu kumpulkan. Salam cuan!
* Strategi investasi pada artikel dikeluarkan sebelum munculnya isu geopolitik Rusia-Ukraina dan dapat berubah sewaktu-waktu.