Kementerian Kesehatan mengumumkan satu pasien positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia pada Kamis, 16 Desember 2021. Pengumuman ini sekaligus menambah panjang daftar negara yang mengidentifikasi kasus Covid-19 Omicron. Hingga pertengahan Desember 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kasus Covid-19 Omicron telah menyebar ke 77 negara. Padahal, varian ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 9 November.
Sebelum di Indonesia, kasus Covid-19 Omicron sudah lebih dahulu terdeteksi di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. WHO telah memberi peringatan bahwa Covid-19 Omicron bisa menyebar luas dengan cepat. Lalu, seperti apa ciri-ciri Covid-19 Omicron dan bagaimana cara mencegahnya?
Ciri-ciri Covid-19 Omicron
Mengenal ciri-ciri terinfeksi Covid-19 Omicron adalah langkah penting untuk mencegah penularan. Sebagai virus hasil mutasi, ciri-ciri Covid-19 Omicron semakin bermacam-macam bila dibandingkan dengan varian sebelumnya. Terkadang, ciri-ciri Covid-19 Omicron hampir sama dengan kasus infeksi virus corona varian Delta ataupun saat kasus awal terjadi di Wuhan, China. Namun, ada juga infeksi Covid-19 Omicron yang tidak menimbulkan ciri-ciri tertentu.
Seperti kasus Covid-19 Omicron yang terjadi di Indonesia, Kemenkes tidak menemukan ciri-ciri yang aneh. Bahkan, pasien N yang positif Covid-19 Omicron tidak menunjukkan gejala apapun. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, pasien N dalam kondisi sehat, tanpa ada gejala, tanpa batuk, dan tanpa demam.
Sementara itu, menurut Angelique Coetzee, dokter pertama yang menemukan Covid-19 Omicron di Afrika Selatan menyatakan perbedaan gejala dengan kasus sebelumnya termasuk varian Delta. Temuan Angelique Coetzee menyebutkan ciri-ciri Covid-19 Omicron adalah rasa capek selama satu atau dua hari, sakit kepala, badan sakit, tenggorokan serak, tapi tidak batuk-batuk dan tidak kehilangan kemampuan indra penciuman (anosmia).
Ciri-ciri Covid-19 Omicron yang ditemukan Angelique Coetzee tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian ZOE Covid Study. ZOE Covid Study adalah kelompok penelitian tentang Covid-19 di Inggris yang didukung perusahaan ZOE dan King's College London. Pada 16 Desember 2021, ZOE Covid Study meluncurkan hasil penelitian tentang Covid-19 Omicron di Inggris. Mereka sengaja memilih lokasi penelitian di Inggris karena kasus Covid-19 meningkat pesat dalam seminggu terakhir akibat varian Omicron. Kasus Covid-19 harian di Inggris bertambah mencapai 87.131 saat penelitian berlangsung.
Berikut ciri-ciri Covid-19 Omicron menurut ZOE Covid Study:
1. Sakit kepala
ZOE Covid Study menemukan sakit kepala adalah ciri-ciri yang paling banyak terjadi pada penderita Covid-19 Omicron. Umumnya, sakit kepala terjadi pada awal. Berbeda dengan sakit kepala biasa, sakit kepala pada penderita Covid-19 Omicron cenderung nyeri sedang hingga berat. Selain itu, kepala berdenyut, menekan, dan menusuk di kedua sisi kepala. Sakit kepala pada penderita Covid-19 Omicron juga berlangsung cukup lama, lebih dari tiga hari dan tidak bisa diatasi dengan obat penghilang rasa sakit.
2. Pilek
Pilek adalah ciri-ciri kedua yang banyak dialami penderita Covid-19 Omicron. Namun sulit untuk membedakan pilek gejala Covid-19 Omicron dengan sakit biasa yang selama ini sering terjadi saat musim dingin. Saat musim dingin, hidung berair seperti pilek merupakan hal yang lumrah bagi warga Inggris.
3. Kelelahan, baik ringan atau berat
Ciri-ciri Covid-19 Omicron lain yang banyak dilaporkan adalah kelelahan. Namun berbeda dengan kasus Covid-19 varian Delta, kelelahan akibat Omicron beragam. Pada Covid-19 Delta, penderita mengalami kelelahan ekstrem atau berat. Sementara itu, penderita Covid-19 Omicron ada yang mengalami kelelahan ringan, juga ada yang berat.
4. Bersin
Ciri-ciri lain yang banyak dilaporkan penderita Covid-19 Omicron adalah bersin. Sama seperti pilek, bersin pada penderita Covid-19 Omicron susah dibedakan dengan penyakit biasa. Saat hidung berair, intensitas bersin akan meningkat.
5. Sakit tenggorokan
ZOE Covid Study juga mencatat pasien Covid-19 Omicron mengalami sakit tenggorokan. Sakit tenggorokan tersebut biasanya terjadi pada orang dewasa dan berlangsung tak lebih dari 5 hari. Hal ini berbeda dengan radang tenggorokan yang biasanya lebih dari 5 hari.
Cara mencegah Covid-19 Omicron
WHO dan Pusat Kesehatan Penyakit Menular di Amerika Serikat, CDC, menyatakan cara mencegah Covid-19 Omicron sama seperti dengan varian virus corona lainnya. Namun ada sejumlah tambahan yang harus dilakukan untuk mencegah Covid-19 Omicron.
Berikut tips mencegah Covid-19 Omicron menurut WHO dan CDC:
1. Menjaga jarak
Menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain adalah salah satu cara mencegah Covid-19, termasuk karena varian baru Omicron. Jaga jarak 1 meter bisa menghindarkan penularan Covid-19 Omicron akibat cairan dari mulut saat berbicara.
2. Memakai masker dengan benar
Masker memberikan perlindungan terhadap semua varian virus corona. WHO dan CDC terus merekomendasikan penggunaan masker di tempat umum maupun di dalam ruangan yang terdapat aktivitas publik. Penggunaan masker harus dilakukan semua orang dengan usia di atas dua tahun, terlepas dari status vaksinasi yang telah dijalani.
3. Membuka jendela
Membuka jendela dapat meningkatkan sirkulasi udara di dalam ruangan. Ruangan dengan sirkulasi udara yang lancar bisa meminimalkan penularan Covid-19 Omicron. Sebaliknya, masyarakat harus menghindari ruang tertutup yang berventilasi buruk. Jika terpaksa berada di ruangan dengan ventilasi terbatas, CDC rekomendasi untuk membuka pintu dan jendela.
4. Mencuci tangan
Sering mencuci tangan dengan sabun dan air atau memakai disinfektan bisa membunuh virus corona varian apapun, termasuk Omicron. Sebelum dan sesudah beraktivitas, usahakan mencuci tangan hingga bersih.
5. Menerapkan etika bersin dan batuk
Jangan biarkan semburan bersin dan batuk ke udara. Saat bersin dan batuk, tutup mulut menggunakan tisu lalu lipas dan buang tisu ke tempat sampah. Jika tidak ada tisu, tutuplah mulut menggunakan siku tangan.
6. Mendapatkan vaksin Covid-19 hingga dosis penuh
Covid-19 Omicron diduga mengurangi kekebalan tubuh yang terbentuk setelah vaksinasi. Namun CDC dan WHO menegaskan vaksin Covid-19 dosis penuh adalah cara terbaik saat ini untuk mencegah Omicron dan mengurangi tingkat keparahan akibat infeksi. Selain itu, untuk kelompok rentan terhadap Covid-19, diharapkan segera menerima vaksin booster untuk menambah kekebalan.
Tindakan yang harus dilakukan jika terinfeksi Covid-19 Omicron
1. Isolasi mandiri
Jika kamu mengalami salah satu atau beberapa gejala Covid-19 Omicron di atas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah isolasi mandiri. Segera lakukan isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain. Menurut CDC, isolasi mandiri bisa dilakukan di rumah asalkan ada ruangan terpisah dengan pihak keluarga lainnya. Selalu gunakan masker medis saat menjalani isolasi mandiri.
2. Lakukan tes
Segera hubungi layanan kesehatan untuk mendapatkan tes deteksi Covid-19. Untuk tahap awal, cukup menggunakan tes antigen. Jika hasilnya positif, lakukan tes lanjutan seperti PCR. Tes antigen hanya bisa mengetahui bahwa sudah terjadi infeksi virus corona, tapi tidak bisa mendeteksi varian. Dengan tes PCR baru bisa diketahui, apakah infeksi tersebut karena Omicron atau lainnya.
Pengobatan Covid-19 Omicron
Menurut WHO, hanya pasien Covid-19 Omicron dengan gejala parah yang perlu menjalani pengobatan di rumah sakit. Sejumlah metode pengobatan Covid-19 selama ini ada yang masih efektif untuk menyembuhkan infeksi Omicron. Namun ada juga obat-obatan lain yang masih dalam kajian, apakah tetap efektif atau tidak terhadap Covid-19 Omicron.
1. Kortikosteroid
Salah satu obat yang masih efektif untuk membantu penyembuhan Covid-19 Omicron adalah Kortikosteroid. Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Kortikosteroid bisa diproduksi secara alami di kelenjar adreal bagian terluar. Namun ada juga kortikosteroid dalam bentuk obat atau disebut kortikosteroid sintentis. Penggunaan kortikosteroid sintetis harus dalam pengawasan dokter karena bisa menimbulkan efek samping seperti peningkatan tekanan darah dan kadar gula darah.
2. Penghambat reseptor interleukin-6
WHO mengumumkan penggunaan obat penghambat reseptor interleukin-6 untuk menyembuhkan Covid-19 pada Juli 2021. Sampai saat ini, obat tersebut masih efektif bagi pasien Covid-19 varian apapun dengan gejala parah.
Hasil uji coba WHO menunjukkan bahwa pada pasien yang sakit parah, pemberian obat ini mengakibatkan 15 kematian lebih sedikit per 1.000 pasien. Untuk penyakit kritis, penggunaan interleukin-6 berarti sebanyak 28 kematian lebih sedikit untuk setiap 1.000 pasien.
Vaksinasi dan disiplin menjalankan protokol kesehatan adalah cara terbaik saat ini untuk mencegah Covid-19 Omicron. Lengkapi perlindunganmu dari bahaya Covid-19 Omicron dengan menggunakan asuransi kesehatan dari Allianz Indonesia.
Semua orang tentu tidak ingin terinfeksi Covid-19 Omicron, tapi lebih baik sedia payung sebelum hujan, bukan?