Tidak ada satu orang pun yang tahu sampai kapan pandemi COVID-19 akan berlangsung. Dalam masa yang tidak pasti itu pula, ada sejumlah kondisi yang perlu kita antisipasi, misalnya penghasilan yang berkurang, namun kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Agar keuangan tetap terkendali, maka tak ada cara lain selain mengerem pengeluaran gaya hidup hedon. Salah satu cara menahan laju pengeluaran gaya hidup hedon yang efektif ialah dengan mengurangi latte factor.
Apa itu latte factor?
Istilah latte factor diperkenalkan pertama kali oleh David Bach, seorang penulis dan perencana keuangan asal Amerika Serikat. Sesuai dengan namanya, latte, yang diambil dari nama jenis kopi, latte factor berarti jenis pengeluaran receh yang kalau dikumpulkan dalam sebulan atau bahkan setahun, jumlahnya cukup signifikan.
Beberapa pengeluaran yang termasuk latte factor ialah:
- Biaya transfer antar bank
- Biaya administrasi bank dan kartu kredit
- Biaya top up dompet digital
- Jajan, seperti kopi, bubble milk tea, donat, dan sebagainya
- Ongkos kirim
- Beraneka ragam masker dan face shield
- Jajan tanaman
- Dan berbagai aktivitas belanja di luar kebutuhan bulanan, seperti pakaian, tas, sepatu, tanaman, sepeda dan aksesorisnya, dan lain sebagainya
- Baca juga: Berkaca pada Kasus Super Spreader di Korea Selatan, Ternyata Nongkrong di Kafe Berisiko Tinggi Tertular COVID-19
- Biaya transfer antar bank mungkin tampak murah, hanya Rp2.900 jika menggunakan online banking, atau Rp5.000 melalui ATM. Namun, jika dalam sebulan kamu melakukan 10 kali transfer, itu artinya pengeluaranmu untuk biaya transfer mencapai Rp50.000 sebulan, atau Rp600.000 dalam setahun.
- Jumlah ini cukup untuk membayar premi asuransi jiwa murni yang memberikan perlindungan dalam jangka setahun. Untuk menghemat pengeluaran ini, kamu bisa melakukan transfer dengan menggunakan aplikasi yang menawarkan biaya transfer gratis. Atau, bisa juga menanyakan rekening lain yang sama dengan rekening yang kamu miliki untuk menghindari biaya transfer.
- Begitu pula dengan kopi susu kekinian yang harganya mulai dari Rp18.000 per cup. Jika dalam seminggu kamu beli tiga cup kopi susu, artinya dalam sebulan mencapai Rp2,5 juta. Jumlahnya cukup untuk menambah alokasi premi asuransi, tabungan, dan investasi. Kamu bisa menekan pengeluaran yang tinggi untuk kopi susu ini dengan membuat kopi sendiri di rumah.
- Bagaimana untuk latte factor yang lebih besar? Misalnya belanja di luar kebutuhan bulanan, namun rutin dilakukan. Ambil contoh belanja kebutuhan hobi sepeda dan tanaman yang jumlahnya bisa Rp2 juta per bulan. Dalam setahun, jumlahnya bisa mencapai Rp24 juta. Jumlah ini cukup untuk membayar cicilan down payment (DP) kredit pemilikan rumah (KPR). Untuk mengimbangi pengeluaran yang tinggi ini, kamu bisa juga belajar budidaya tanaman untuk kemudian menjual tanaman. Untuk sepeda, ada baiknya menghemat belanja aksesoris sepeda.
- Baca juga: Bahaya Klaster Keluarga dalam Penularan Covid-19 dan Cara Mencegahnya
- Alasan kamu perlu memangkas latte factor
- Mengingat ada banyak kebutuhan yang lebih prioritas, ini saatnya kamu untuk mengerem pengeluaran latte factor. Apalagi di masa sekarang, di mana kita tidak tahu apakah kita akan terkena dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 dan seberapa besar dampak tersebut terhadap kita dan keluarga. Maka, ketahui beberapa alasan mengapa kamu perlu mengerem latte factor:
- 1. Kamu mengamankan kebutuhan yang jauh lebih penting
- Ketika kamu mengerem pengeluaran untuk latte factor, maka kamu bisa mengamankan alokasi dana lain yang lebih mendesak, seperti dana darurat serta memenuhi kebutuhan dasar dan tetap seperti biaya listrik, air, uang lingkungan, biaya sekolah & les anak, dan sebagainya. Dana darurat untuk kamu yang lajang ialah tiga kali sampai enam kali pengeluaran bulanan. Sementara untuk kamu yang telah berkeluarga, berkisar enam kali sampai sembilan kali pengeluaran bulanan.
- 2. Kamu berpeluang bisa mencapai tujuan di masa depan
- Jika kamu bisa mengerem pengeluaran latte factor, dan mengalihkan pengeluaran tersebut ke alokasi tabungan dan investasi, maka artinya kamu tetap mengamankan masa depanmu meskipun dalam situasi sulit seperti pandemi sekalipun. Termasuk kebutuhan tabungan di sini ialah untuk masa pensiun dan pendidikan anak.
- Baca juga: Inilah Starter Pack Inovasi Penangkal COVID-19
- 3. Melindungi keuangan dari risiko tak terduga
- Di masa pandemi seperti ini, memastikan polis asuransi tetap aktif adalah penting. Dengan punya polis asuransi jiwa atau asuransi kesehatan, maka kamu akan terhindar dari pengeluaran besar jika terjadi risiko seperti jatuh sakit atau tutup usia. Agar polis asuransi ini tetap aktif, maka kamu perlu membayar polis. Pastikan kamu tetap membayar premi meskipun keuangan tengah menurun dengan cara menunda pengeluaran latte factor.
- Semoga dengan ulasan di atas, kamu semakin dicerahkan mengenai manfaat mengerem latte factor di masa pandemi ini. Tetap semangat!