Setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan perkembangan pandemi COVID-19 di ibu kota kini mencapai level darurat, bahkan lebih "berat" dibandingkan dengan saat PSBB total pertama kali berlaku, maka Pemprov DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total setelah lima kali menggunakan kebijakan PSBB transisi. Kebijakan ini juga sejalan dengan aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang diterapkan oleh pemerintah pusat khususnya di wilayah Jawa-Bali.
Kondisi ini memang begitu berat bagi semua orang. Maka, sebaiknya dengan pemberlakukan kembali PSBB saat ini, yuk bersama-sama untuk tetap #DiRumahAja jika tidak ada keperluan penting atau mendesak untuk memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19. Agar kita saling menjaga satu sama lain.
Agar kamu tetap update dengan berbagai informasi terbaru yang terjadi di sekitar, yuk cari tahu bahwa ada ciri-ciri gejala COVID-19 terbaru dari CDC!
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menambahkan tiga gejala baru infeksi virus corona ke dalam daftarnya.
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac, Vaksin COVID-19 Pertama yang Digunakan di Indonesia
Menurut CDC, orang dengan COVID-19 telah melaporkan berbagai gejala, mulai dari gejala ringan hingga penyakit parah. Gejala bisa muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar virus. Orang dengan gejala berikut mungkin menderita COVID-19:
- Demam atau kedinginan.
- Batuk.
- Sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Kelelahan.
- Nyeri otot atau tubuh.
- Sakit kepala.
- Kehilangan rasa atau bau baru.
- Sakit tenggorokan.
- Hidung tersumbat atau meler.
- Mual atau muntah.
- Diare.
Apa saja gejala yang tidak biasa dari virus corona terbaru ini?
Hal pertama yang perlu kamu tahu, siapa pun tak terkecuali kamu dapat mengalami gejala ringan hingga berat. Meski, kamu pun harus lebih berhati-hati dan mengawasi kondisi orang-orang di sekitar rumah terutama pada orang dewasa yang lebih tua dan orang yang memiliki kondisi medis mendasar yang parah seperti penyakit jantung atau paru-paru atau diabetes yang berisiko lebih tinggi untuk mengakibatkan komplikasi yang lebih serius dari penyakit COVID-19 ini.
Menurut William F. Marshall, III M.D., penyakit COVID-19 dapat menyebabkan berbagai macam tanda dan gejala. Ciri-ciri gejala paling umum adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Gejala lain termasuk sesak napas atau kesulitan bernapas, nyeri otot, menggigil, sakit tenggorokan, sakit kepala, atau nyeri dada. Selain itu, COVID-19 juga dapat menyebabkan gejala yang mungkin tidak kamu duga, termasuk:
1. Gejala gastrointestinal. COVID-19 dapat menyebabkan gejala gastrointestinal ringan, seperti kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan diare. Gejala ini mungkin hanya bertahan satu hari. Beberapa orang dengan COVID-19 mengalami diare dan mual sebelum mengalami demam dan gejala pernapasan.
2. Kehilangan bau atau rasa. COVID-19 dapat menyebabkan hilangnya bau atau rasa, tanpa hidung tersumbat. Ini biasanya berlangsung selama 9 hingga 14 hari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hilangnya bau atau rasa mungkin merupakan tanda awal COVID-19.
3. Perubahan kulit. Orang muda dengan COVID-19 yang tidak terlalu parah mungkin mengalami luka yang menyakitkan dan gatal di tangan dan kaki mereka yang menyerupai kondisi kulit yang meradang. Gejala ini biasanya berlangsung sekitar 12 hari.
4. Kebingungan. COVID-19 juga dilaporkan menyebabkan kebingungan pada orang tua, terutama mereka yang mengalami infeksi parah.
5. Masalah mata. COVID-19 dapat menyebabkan masalah mata seperti pembesaran, pembuluh darah merah, kelopak mata bengkak, penyiraman berlebihan, dan peningkatan cairan. Infeksi juga dapat menyebabkan sensitivitas cahaya dan iritasi. Gejala ini lebih sering terjadi pada orang dengan infeksi parah.
Happy Hypoxia Syndrome Gejala Baru COVID-19
Oh ya, apa kamu juga sudah mendengar informasi terbaru terkait happy hypoxia syndrome? Beberapa waktu terakhir ditemukan gejala baru yakni happy hypoxia syndrome pada pasien Covid-19 di tanah air.
Baca juga: Bahaya Klaster Keluarga dalam Penularan Covid-19 dan Cara Mencegahnya
Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FKKMK UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., mengatakan happy hypoxia syndrome merupakan kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh, tetapi terlihat seperti orang normal. Normalnya, kadar oksigen dalam tubuh seseorang adalah di atas 95 persen. Penurunan kadar oksigen dalam kondisi ini tidak membuat orang kesulitan bernapas ataupun tidak merasa terengah-engah.
Keberadaan happy hypoxia ini jika tidak segera ditangani akan mengancam nyawa pasien COVID-19. Bagi pasien, kondisi ini memang bisa dipantau dan diketahui saat perawatan di rumah sakit. Namun, kamu juga bisa melakukan pemantauan mandiri lho dengan cara melakukan isolasi mandiri dan selalu memonitor kondisi tubuh.
Apabila muncul gejala tubuh tiba-tiba lemas padahal tidak melakukan aktivitas yang mengakibatkan pengurangan energi maupun berolahraga, sebaiknya segera periksakan dirimu ke rumah sakit ya.
Jadi, selama #DiRumahAja selalu lakukan protokol kesehatan dengan baik dan benar ya.
- Pantau selalu kondisi kesehatan dan gejala yang kamu rasakan pada tubuhmu secara hati-hati. Jika gejala lebih buruk, hubungi penyedia layanan kesehatan segera.
- Cukup istirahat dan jangan lupa untuk tetap mencukupi kebutuhan gizi dan cairan harian ya.
- Saat batuk dan bersin tutupi area mulut dengan tisu atau gunakan bagian dalam siku.
- Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama setidaknya 20 detik atau bersihkan tangan dengan alkohol pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol.