Pandemi Covid-19 sudah menjatuhkan banyak negara di jurang resesi perekonomian. Termasuk Indonesia. Namun, seiring perkembangan vaksin yang semakin terang, geliat kebangkitan ekonomi mulai terlihat. Beberapa negara seperti Amerika Serikat mulai menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif. Indonesia setelah mengalami pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut, diprediksi akan kembali bangkit pada tahun 2021.
Harapan itu tentu menggembirakan. Akan tetapi, selama pandemi belum benar-benar usai, ada baiknya kamu tetap mengambil sikap waspada dan konservatif dalam mengelola keuangan. Perihal utang, misalnya. Banyak keuangan bermasalah karena gagal mengelola utang yang sehat. Di tengah pandemi yang masih berlangsung, ada baiknya kamu menghindari utang bila memang memungkinkan. Dengan begitu, salah satu risiko masalah finansial bisa kamu tepis. Bagaimana cara mudah mengelola keuangan tetap sehat dan tidak bermasalah dengan utang di tengah pandemi? Simak tips berikut, ya:
1. Disiplin budget
Setiap mendapatkan penghasilan, biasakan untuk memiliki rencana anggaran alias budgeting dan berusahalah untuk menjalankan apa yang sudah kamu rencanakan. Rencana anggaran bisa memudahkan kamu mengeluarkan uang sesuai kebutuhan. Dalam budgeting, ada pos pengeluaran rutin dan pengeluaran tidak rutin. Buatlah alokasi untuk masing-masing.
Pos pengeluaran rutin seperti pembayaran listrik, air, internet, juga keperluan dapur, uang sekolah anak, pembayaran cicilan dan lain sebagainya. Sedangkan pengeluaran tidak rutin misalnya anggaran belanja saat Harbolnas 1212. Untuk pos pengeluaran rutin, misalnya saja kamu anggarkan Rp7 juta. Sedangkan pos tidak rutin, seperti belanja online maksimal sebesar Rp1 juta.
Memiliki perencanaan alokasi budget seperti itu bisa membantu kamu supaya tidak kalap saat waktunya berbelanja. Kamu tahu batas anggaran untuk Harbolnas maksimal Rp1 juta. Dengan begitu, kamu tidak mudah tergoda melirik utang kartu kredit atau paylater saat berbelanja konsumtif.
2. Manfaatkan aplikasi pencatat keuangan
Kamu bisa memanfaatkan aplikasi pencatatan keuangan yang saat ini banyak tersedia di Google Playstore atau Appstore untuk membantu monitoring pengeluaran dan pemasukan. Pilih sesuai kebutuhanmu dengan melihat fitur dan review dari aplikasi tersebut.
Aplikasi keuangan itu bukan cuma membantu kamu memonitor pemasukan dan pengeluaran secara rutin. Tapi, juga membantu kamu menyadari berapa nilai utang yang sudah kamu miliki. Dengan demikian, kamu bisa lebih waspada ketika mulai tergoda untuk berutang. Ketika rasio utang sudah mendekati angka maksimal yaitu 30%, sudah tidak ada lagi alasan bagi kamu menambah jumlah cicilan supaya keuangan tetap terjaga kesehatannya.
Baca juga: Ekonomi Lesu Akibat Pandemi, Bagaimana Mengelola Keuangan yang Tepat?
3. Hindari memakai kartu kredit atau paylater
Bila bisa membayar tunai, mengapa harus mengambil utang? Prinsip itu sebaiknya kamu jalankan setiap kali hendak berbelanja. Kartu kredit memang menggoda dengan tawaran cicilan 0% yang memungkinkan kamu membeli barang berharga cukup mahal tanpa harus mengganggu arus kas rutin. Tapi, bila tanpa perhitungan yang matang, memakai kartu kredit untuk berbelanja bisa menjadi awal masalah keuangan.
Sama halnya dengan fasilitas paylater yang saat ini banyak ditawarkan di berbagai aplikasi pembayaran. Kemudahan berbelanja dengan uang pinjaman juga berpotensi membuat kamu lebih boros karena merasa "memiliki" uang banyak, padahal itu statusnya adalah pinjaman, bukan uang sendiri.
4. Perlakukan kartu kredit sebagai alat transaksi saja
Kartu kredit bukan berarti tidak perlu dimanfaatkan sama sekali. Kamu tetap bisa memakai kartu kredit tanpa perlu terjebak masalah utang. Caranya adalah dengan memperlakukannya sebagai alat transaksi non-tunai seperti halnya kartu debit atau e-money lain. Ini berarti, setiap kali kamu menggunakan kartu kredit, pastikan kamu memang memiliki dana untuk membayarnya sebelum tanggal jatuh tempo tagihan. Dengan begitu, kamu tidak berbelanja menggunakan pinjaman kartu kredit, melainkan hanya memakainya sebagai alat transaksi non-tunai saja.
Cara lainnya adalah, pastikan kamu membayar tagihan 100% (full payment) sebelum tanggal jatuh tempo kartu kredit datang. Hindari membayar minimum payment karena itu akan membuatmu terkena bunga pinjaman kartu kredit yang mahal.
Baca juga: 6 Cara Mengelola Keuangan saat Ekonomi Sedang Melemah
5. Jaga rasio utang maksimal 30%
Salah satu ciri utama keuangan yang sehat adalah ketika rasio utangnya tidak melebihi batas yaitu 30% dari total pendapatan rutin. Jadi, ketika pendapatan kamu Rp15 juta, maka cicilan utang maksimal untuk semua jenis pinjaman adalah sebesar Rp5 juta saja. Bila saat ini rasio utang kamu sudah melebih angka tersebut, cobalah untuk mengaturnya lebih cermat dengan berusaha melunasi lebih dulu utang berbunga paling mahal. Atau, kamu juga bisa mengajukan relaksasi pinjaman pada kreditur atau bank supaya beban cicilan tidak mengganggu arus kas.
Sejak pandemi melanda, pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi pinjaman di bank sebagai bentuk insentif pada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Jadi, kamu bisa memanfaatkan kesempatan untuk merelaksasi utang pada penyedia pinjaman.
Baca juga: Kenali dan Batasi Latte Faktor, Pengeluaran Receh yang Bisa Menguras Dompet
Dengan menerapkan 5 hal di atas, kamu bisa menjaga keuangan kamu tetap sehat dan tidak perlu memiliki masalah utang. Tidak susah, bukan?