Apakah kamu pernah merasakan cemas berlebihan bersamaan dengan rasa lelah, lalu memutuskan mencari tahu gejala penyakit yang dialami di internet, ketimbang pergi memeriksa diri ke dokter? Menurut hasil pencarian, kamu mendapati bahwa cemas berlebihan yang sering kamu alami mengindikasi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma. Padahal, belum tentu lho kamu mengidap PTSD.
Kondisi seperti itu biasa disebut dengan self diagnosis, istilah yang digunakan ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri tanpa berkonsultasi ke pakar atau ahlinya. Selain kesehatan fisik, banyak juga orang yang melakukan self diagnosis untuk memeriksa kesehatan mental.
Meningkatnya kepedulian masyarakat tentang kesehatan mental ironisnya dibarengi dengan tren self diagnosis yang sebenarnya berbahaya. Kebiasaan melakukan tindakan self diagnosis seharusnya dihindari ketika kamu telah merasakan hal yang aneh sedang terjadi. Menarik kesimpulan pada kesehatan mental seseorang tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan informasi-informasi yang dapat diperoleh dari internet.
Risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun bertambah besar bila kamu sembarangan mengonsumsi obat atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan oleh pakar atau ahlinya. Padahal, diagnosis suatu penyakit sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis, seperti dokter, psikiater, atau psikolog.
Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: 5 Cara Mengelola Kesehatan Mental
Bahaya Self Diagnosis
1. Salah diagnosis
Menetapkan diagnosis tidaklah mudah. Diagnosis ditentukan berdasarkan analisis yang menyeluruh dari gejala, riwayat kesehatan terdahulu, faktor lingkungan, serta temuan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tidak jarang, dibutuhkan berbagai pemeriksaan lanjutan serta observasi yang mendalam untuk mengetahui apakah ada masalah dengan fisik maupun mental seseorang.
Ketika melakukan self diagnosis, kamu sangat bisa melewatkan faktor-faktor penting tersebut, sehingga akhirnya kamu menyimpulkan diagnosis yang salah. Terlebih, jika informasi yang kamu peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak terpercaya.
2. Salah penanganan
3. Memicu gangguan kesehatan yang lebih parah
Karena salah mendiagnosis dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit yang kamu derita justru bisa menjadi lebih parah atau menambah penyakit baru (komplikasi). Hal ini terjadi karena obat yang kamu konsumsi tidak berdampak apa-apa terhadap penyakit yang kamu alami.
Maka dari itu, apabila kamu merasakan suatu gejala yang mengganggu keseharian kamu, segera konsultasikan ke pakar atau ahlinya untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat
Cara Menghindari Self Diagnosis
Jika dilihat dari sisi lain, self diagnosis bisa berupa bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan sikap cermat akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Akan tetapi, bentuk kepedulian ini akan sia-sia jika pada akhirnya malah membahayakan diri sendiri.
Ada beberapa cara yang bisa kamu biasakan mulai sekarang untuk menghindari self diagnosis agar tidak berujung bahaya menurut artikel yang ditayangkan IDNTimes.
1. Hindari mencari tahu hanya bermodalkan internet
Hanya dengan buka handphone, lalu scroll media sosial, kamu bisa mendapatkan berbagai jenis informasi dan konten bermanfaat, namun sayangnya tidak satupun yang bisa menjamin keakuratan informasi tersebut. Nah, sebagai pengguna, kamu perlu memilah informasi yang dikonsumsi.
Nah, dalam case ini, ada baiknya kamu memilih konten kesehatan mental yang memang dibuat oleh ahlinya, seperti psikolog, psikiater, atau lembaga resmi yang menangani kondisi kejiwaan atau kesehatan mental seseorang.
2. Jangan jadikan selebritas/tokoh fiktif penderita gangguan mental tertentu sebagai rujukan
3. Lebih baik untuk tidak mengikuti tes-tes online terkait kesehatan mental
4. Jangan anggap serius perkataan teman atau orang lain yang mengatakan bahwa kamu mengidap gangguan mental tertentu
5. Apabila merasa punya gangguan mental tertentu, segera periksakan diri
Kamu tetap bisa mencari informasi mengenai keluhanmu atau solusi apa yang terbaik untukmu. Namun, jadikan ini sebagai bekal untuk berdiskusi dengan dokter, bukan self diagnosis, supaya kamu benar-benar mengerti apa yang terjadi pada dirimu dan mendapatkan pengobatan yang tepat. Ingat ya, kesehatan mental adalah kunci untuk bisa produktif dalam beraktivitas.
Semoga kamu selalu sehat fisik dan juga mental ya!