Indonesia tengah menghadapi gelombang ketiga infeksi Covid-19. Angka infeksi terus melonjak akibat sebaran varian Omicron dengan nama ilmiah B.1.1.529. Varian ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada akhir November 2021 lalu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Omicron sebagai varian yang masuk ke dalam kategori variant of concern (VoC). Untuk lebih memahami seputar Omicron, berikut beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan:
1. Benarkah Omicron lebih menular?
Varian Omicron lebih mudah menyebar daripada virus asli penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) dan varian Delta. Berdasarkan informasi yang dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seseorang yang terinfeksi Omicron dapat dengan mudah menyebarkan virus ke orang lain, bahkan jika telah divaksinasi atau tidak memiliki gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa varian Omicron menggandakan diri 70 kali lebih cepat daripada varian Delta dan SARS-CoV-2 asli di paru-paru manusia. Omicron juga memiliki masa inkubasi yang lebih pendek. Inkubasi adalah waktu antara seseorang tertular virus sampai muncul gejalanya.
Virus Covid-19 yang asli biasanya muncul lima hari sampai enam hari setelah terinfeksi. Sementara varian Delta diperkirakan empat hari. Namun untuk Omicron, masa inkubasinya tiga hari atau bahkan kurang. Inilah yang menyebabkan Omicron dapat lebih cepat menular.
Baca juga: Omicron Sudah Masuk ke Indonesia, Ini Tips Mencegahnya
2. Benarkah Omicron tidak lebih berbahaya daripada Delta?
Menurut CDC dan Kementrian Kesehatan RI, infeksi Omicron umumnya menyebabkan gejala yang lebih ringan. Meski demikian, beberapa orang, terutama yang belum mendapatkan vaksin Covid-19, dapat mengalami gejala yang parah, memerlukan rawat inap, atau dapat meninggal karena infeksi varian ini.
Bahkan kalaupun hanya sebagian kecil saja penderita yang memerlukan perawatan di rumah sakit, jumlah penderita yang tinggi dapat membanjiri fasilitas kesehatan dan berisiko membuat sistem kesehatan kolaps. Hal ini karena varian Omicron lebih mudah menular.
Meski diperkirakan tidak seganas varian-varian sebelumnya, para pakar kesehatan memperingatkan untuk tidak menyepelekannya.
3. Benarkah orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 lebih kebal terhadap Omicron?
Logikanya, seseorang yang pernah terinfeksi akan mengembangkan antibodi, sehingga lebih kebal terhadap virus Corona. Namun, sama halnya dengan vaksinasi, tidak ada jaminan 100% bahwa kamu terbebas dari Omicron.
Infeksi Covid-19 yang dialami sebelumnya tidak melindungi dari Omicron. Jadi meskipun kamu sudah pernah terinfeksi Covid-19, bukan jaminan akan terhindari dari varian ini. Reinfeksi atau infeksi ulang sangat mungkin terjadi.
Oleh karena itu, protokol kesehatan tetap wajib dijalankan, meski kamu sudah pernah terinfeksi maupun sudah mendapatkan vaksinasi.
4. Apakah Omicron menyebabkan long Covid?
Hingga saat ini belum diketahui apakah Omicron dapat menyebab long Covid atau tidak. Sebagai varian baru, masih dibutuhkan penelitian untuk mengetahui kemungkinan terjadinya long Covid pada penyintas.
Gejala long Covid yang selama ini banyak dilaporkan di antaranya kelelahan, batuk, kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri sendi, dan juga nyeri di dada.
Selama ini, banyak berasumsi jika gejala long Covid yang dialami oleh mereka yang mengalami gejala berat. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan jika long Covid juga dialami oleh mereka yang bergejala ringan.
Namun WHO menyatakan, vaksinasi dapat menjadi upaya untuk mencegah seseorang mengalami long Covid.
Baca juga: Kenali Long Covid, Gejala Covid-19 Berkepanjangan Meski Sudah Dinyatakan Sembuh
5. Apakah vaksin apa yang ampuh untuk tangkal Omicron?
Hingga saat ini, vaksin yang ada masih efektif dalam mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat infeksi Omicron. Belum ada bukti jika varian baru resisten terhadap vaksin. Untuk itu, Anda disarankan melengkapi vaksinasi termasuk booster.
6. Benarkah Omicron tanda berakhirnya pandemi Covid-19
Terdapat dua kemungkinan. Yang pertama, karena Omicron membuat semakin banyak penduduk dunia yang terinfeksi, akan semakin banyak orang yang mengembangkan kekebalan tubuh, sehingga akhirnya Covid-19 akan dianggap sebagai penyakit endemik.
Kemungkinan kedua, ini juga bisa menjadi awal dari virus yang lebih mudah menyebar dan mematikan. Hal ini mengingat virus corona mudah bermutasi dan tidak dapat diprediksi.
Karena merupakan varian yang baru ditemukan, para peneliti terus mengkaji mengenai karateristik Omicron dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Informasi yang disampaikan di atas mungkin berubah sesuai dengan temuan terbaru. Untuk mencegah penyebaran, selalu terapkan protokol kesehatan di mana pun kamu berada.
Jika terinfeksi, lakukan isolasi mandiri selama minimal 10 hari (sejak swab positif dilakukan) jika tanpa gejala. Untuk yang bergejala, lakukan isolasi mandiri minimal 13 hari, dengan tiga hari terakhir bebas demam dan gangguan pernapasan.
Baca juga: Sedang Positif Covid-19? Ikuti Tips Perawatan saat Isolasi Mandiri
Kembali meningkatnya kasus Covid-19 bisa menimbulkan kecemasan. Salah satunya mengenai biaya yang diperlukan jika suatu waktu mengalami kondisi yang memerlukan rawat inap.
Namun dengan memiliki Asuransi Kesehatan, kekhawatiran mengenai biaya pengobatan dapat diantisipasi. Sebab, kamu jadi bisa lebih fokus untuk memulihkan kondisi dan kesehatanmu. Sehat selalu, ya!