Jakarta, 10 Juli 2019 - Menurut proyeksi Allianz Research, volume premi asuransi global tahun lalu naik menjadi 3.655 miliar euro (tidak termasuk asuransi kesehatan). Dibandingkan dengan 2017, kenaikan nominal yang telah disesuaikan dengan efek nilai tukar adalah 3,3%.
Ini adalah tahun ketiga berturut-turut (atau ke-12 dari 15 tahun terakhir) bahwa pertumbuhan premi global tertinggal dari ekspansi kegiatan ekonomi (+ 5,7% pertumbuhan nominal pada 2018). Penetrasi asuransi (premi sebagai persentase dari PDB) telah turun menjadi 5,4% - angka terendah dalam 30 tahun terakhir.
"Kita dihadapkan pada situasi yang sulit," ujar Michael Heise, Chief Economist Allianz SE. "Di satu sisi, risiko di dunia terus meningkat - pikirkan saja perubahan iklim, demografi, siber atau politik - tetapi di sisi lain, orang-orang di seluruh dunia menghabiskan proporsi yang lebih kecil dari pendapatan mereka untuk asuransi. Diperlukan upaya bersama yang besar oleh politik dan industri untuk menutup 'celah perlindungan' ini. "
Ini juga merupakan tahun yang tidak biasa untuk Asia: Premi naik sangat sedikit yaitu 2,3% di Asia (tidak termasuk Jepang), ini merupakan kedua kalinya Asia tertinggal di belakang pertumbuhan global sejak pergantian milenium. Bahkan, dengan kenaikan 4,0% ini, Jepang masih tumbuh lebih cepat. Hasilnya: Pada tahun 2018, Asia hanya menyumbang 16% dari pertumbuhan global (setelah 81% pada 2017). Mesin pertumbuhan global untuk 2018 adalah dua pemain lama: AS (42%) dan Jepang (11%).
Penyebab kinerja yang kurang maksimal ini mudah ditentukan: Menyusutnya pasar asuransi jiwa di Tiongkok dan Korea pada 2018 - yang menyumbang 40% dari total kumpulan premi regional (tidak termasuk Jepang). Di Tiongkok, ini terutama disebabkan oleh penegakan peraturan terhadap perantara asuransi yang menjual produk wealth management.
"2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia," kata Michaela Grimm, ekonom di Allianz Research. "Sebaliknya. Pengawasan yang lebih ketat di Tiongkok disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Ditambah dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan di pasar - ini adalah pelopor yang jelas dalam penerapan AI atau solusi pembayaran inovatif - Tiongkok adalah pasar yang harus diperhatikan. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita. ‘Dijual di Tiongkok' adalah standar emas baru dalam asuransi. "
Oleh karena itu, Allianz Research memperkirakan tahun ini akan terjadi rebound di Asia (tidak termasuk Jepang), yang mendorong pertumbuhan premi hingga hampir 11%.
Pertumbuhan di Indonesia
Joos Louwerier, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia mengatakan, “Kami memulai tahun 2018 dengan sangat kuat, tetapi sepanjang tahun beberapa peristiwa berdampak pada pasar, seperti perang dagang antara AS dan Cina, kenaikan harga minyak dan kenaikan suku bunga AS. Ini berdampak pada pasar asuransi jiwa pada tahun 2018. Namun, kami dapat mengatasi tantangan ini dengan pertumbuhan positif dengan memberikan solusi perlindungan yang inovatif dan layanan yang sangat baik. Allianz juga berkomitmen untuk mendukung pemerintah meningkatkan penetrasi keuangan dan memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia (to insure more people).”
Premi market di Indonesia tumbuh rendah pada 2018. Ini disebabkan oleh adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa. Sebaliknya, premi Property & Casualty (P&C) tumbuh baik dan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, segmen P&C, menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi (di luar asuransi kesehatan).
“Top line dan Net Earned Premium Allianz Utama telah tumbuh dengan sangat baik tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, bencana alam (gempa bumi) telah menurunkan KPI kinerja keuangan 2018. Meskipun demikian, transformasi ritel digital kami berjalan dengan baik. Hal ini dapat diamati dari tingkat kepuasan nasabah kami, melalui pengukuran Net Promoter Score, yang meningkat secara signifikan. Oleh karena itu kami terus berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi para mitra bisnis dan nasabah,“ ujar Peter van Zyl, Presiden Direktur Allianz Utama Indonesia.
Untuk tahun ini, Allianz Research mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan pertumbuhan premi sekitar 9% secara keseluruhan. Pasar asuransi Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengejar ketinggalan. Premi per kapita mencapai EUR 50 pada tahun 2018 (setara dengan India) sementara penetrasi hanya 1,5%, (untuk perbandingan, penetrasi sudah mencapai 3,7% di Tiongkok).
Allianz Research berharap pasar asuransi akan terus pulih, dengan perkiraan pertumbuhan premi global yang akan mencapai sekitar 5% dalam dekade mendatang. Ekspektasi pertumbuhan untuk Asia (tidak termasuk Jepang) lebih tinggi - kawasan ini dapat tumbuh sebesar 9,4% per tahun selama dekade mendatang; di Indonesia, pertumbuhan pasar diprediksi sebesar 12,5% (13,0 untuk asuransi jiwa dan 10,7 untuk P&C). Secara keseluruhan, sekitar 60% dari premi tambahan akan dihasilkan di Asia (tidak termasuk Jepang).
“Allianz Global Insurance Map” dapat ditemukan di sini:
https://www.allianz.com/en/economic_research/research_data/global-insurance-map/