Green Mobility - Bamboo Bike Entrepreneurship
12 Juni 2023 – Sebagai salah satu bagian dari rangkaian kampanye Hari Lingkungan Hidup Internasional yang jatuh setiap tanggal 5 Juni, AllianzU berkolaborasi dengan CSR Allianz Life Indonesia mengadakan edukasi mengenai sustainability dan green mobility dalam acara "Lunch and Learn". Kegiatan ini mengundang Singgih Susilo Kartono selaku founder dari Spedagi Bamboo Bike dan inisiator Pasar Papringan yang membagikan kisah inspiratif tentang kreativitas dan dedikasinya dalam memberdayakan masyarakat desa di Kabupaten Temanggung melalui bisnis ramah lingkungan yaitu sepeda bambu. Antusiasme terlihat dari Allianz Citizens yang hadir dan mengajukan pertanyaan. Beliau memaknai keberlanjutan sebagai upaya untuk senantiasa mewujudkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan di era modern ini.
Selain itu, tim CSR juga menyampaikan informasi tentang berbagai upaya keberlanjutan dan program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh Allianz Indonesia agar karyawan dapat semakin memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat dan lingkungan. Fokus utama acara kali ini adalah mengenai green mobility, dimana hal tersebut merupakan sebuah bagian dari tanggung jawab bersama secara berkelanjutan demi menjaga kelestarian bumi. Kita dapat mewujudkannya melalui hal sederhana, seperti berangkat ke kantor menggunakan sepeda atau alat transportasi umum. Upaya tersebut menjadi amat memungkinkan karena akses transportasi umum di sekitar kantor pusat Allianz Indonesia yang sudah memadai karena dekat dengan Stasiun MRT Bendungan Hilir dan Halte Busway Karet Sudirman, serta tersedia toilet shower yang dapat digunakan oleh karyawan yang bersepeda.
Serupa dengan yang dijalankan oleh Singgih Susilo Kartono di desa, yang memanfaatkan bambu petung sebagai produk inovatif yaitu kerangka sepeda. Pilihan jenis bambu tersebut berdasarkan ukuran diameternya yang besar, dinding yang tebal, jumlah pasokannya melimpah di Indonesia, serta sifat dasar bambu yang kuat dan lentur. Bisnis Spedagi terbukti mampu menggerakkan perekonomian masyarakat desa, sekaligus mewujudkan circular economy. Di samping itu, beliau juga menyulap kebun bambu yang tidak terpelihara dan hanya dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah menjadi sebuah pasar tradisional yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa sebagai tempat untuk jual beli produk kuliner, kerajinan tangan, dan hasil pertanian. Dibutuhkan pemetaan sosial dan pendekatan secara intensif kepada warga desa melalui pertemuan formal dan informal untuk menemukan konsep yang paling sesuai dengan warga dan potensi lokal sehingga keberlanjutan dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat terwujud.
Dalam kesempatan tersebut Singgih memaparkan tentang produk sepeda bambu yang dirancang dan di produksi di desa tempat tinggalnya di Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah. Spedagi brand dari sepeda tersebut dibuat dari bambu petung yang diambil dari sumber lokal dan dikerjakan oleh para perajin dari masyarakat sekitar yang dilatih khusus. Meskipun dibuat di desa Spedagi memiliki kualitas yang tinggi dari sisi desain dan built-quality -nya, bukan hanya menarik pengguna untuk memakainya, Spedagi juga mendapat penghargaan internasional prestisius. Sepeda Spedagi yang terbuat dari bambu sangat tepat digunakan untuk kampanye tentang green mobility, karena Spedagi terbuat dari bambu, material yang menjadi ikon green material.
Spedagi juga merupakan ikon dari Spedagi Movement, sebuah gerakan sosial yag fokus pada kegiatan Revitalisasi Desa dengan pendekatan kreatif. Salah satu proyek yang dikenal luas dan menginspirasi kegiatan serupa di berbagai tempat di Indonesia adalah Pasar Papringan. Sebuah upaya menumbuhkan kecintaan pada Papringan (kebun bambu) di desa yang banyak terbengkalai dan tergusur dengan pendekatan baru mengingat bambu sesungguhnya material yang sangat berguna bagi masyarakat maupun untuk kelestarian alam itu sendiri. Proses pendirian Pasar Papringan melibatkan masyarakat lokal dan juga anak-anak muda dari luar. Rasa bosan dan rendah diri terhadap bambu dan papringan juga desa akhirnya sedikit demi sedikit menghilang ketika masyarakat setempat bisa menyaksikan papringan yang sebelumnya kotor dan gelap bukan hanya berubah menjadi tempat yang indah dan nyaman, namun sekaligus memberikan manfaat sosial dan ekonomi.