Lima bulan sudah program vaksinasi COVID-19 bergulir di dunia. Selama periode itu, vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford, Inggris, bisa dibilang sebagai vaksin yang paling populer. Ini karena vaksin AstraZeneca digunakan di paling banyak negara. Mengutip data Our World in Data yang diolah oleh NY Times, per 1 Mei kemarin vaksin COVID-19 AstraZeneca telah digunakan oleh 139 negara.
Beberapa negara yang menggunakan vaksin ini antara lain Indonesia, Australia, Bulgaria, Kanada, Siprus, Perancis, Finlandia, Georgia, Jerman, Islandia, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Belanda, Makedonia Utara, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, dan Thailand.
Sebagai pembanding, vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BioNTech menempati peringkat kedua dalam daftar jumlah negara pengguna, yaitu 90 negara. Sementara vaksin buatan Sinovac, yang juga digunakan di Indonesia, telah digunakan oleh 24 negara.
Baca juga: Simak Roadmap Program Vaksinasi COVID-19 di Indonesia
Menuai perhatian publik
Vaksin ini menuai perhatian publik, terutama setelah ditemukan beberapa kasus pembekuan darah pada beberapa orang setelah menerima vaksin tersebut. Bahkan, di Denmark, pembekuan darah itu berujung pada kematian. Untuk memastikan bahwa gangguan yang timbul itu bukan dampak samping vaksin, melainkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), otoritas di banyak negara Eropa menghentikan sementara penggunaan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan Oxford. Pabrikan vaksin AstraZeneca pun mengganti nama vaksin tersebut di Eropa dengan Vaxzevria.
Dari hasil uji, Otoritas Kesehatan Uni Eropa atau European Medicines Agency (EMA), menyatakan bahwa risiko pembekuan darah yang disebabkan penyuntikan Vaxzevria sangatlah kecil. Karena itu, manfaat pemberian vaksin Vaxzevria lebih besar daripada risiko tersebut.
Berdasarkan vonis EMA itu, sejumlah negara di Eropa kembali melanjutkan penggunaan Vaxzevria. Namun, Denmark menghentikan penggunaan vaksin tersebut dan memilih meniadakan risiko yang kecil itu karena sebagian besar populasinya sudah mendapatkan vaksinasi.
Di Indonesia, vaksin COVID-19 AstraZeneca baru tiba di minggu kedua Maret 2021. Di masa itu, berita tentang KIPI yang terjadi di Eropa sudah beredar. Tak heran, masyarakat Indonesia sempat mencemaskan rencana penggunaan vaksin tersebut di Indonesia.
Ujung dari kecemasan itu adalah penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara (Sulut). Satgas Penanganan COVID-19 Sulut melakukan penghentian sementara setelah menerima laporan KIPI dari mereka yang disuntik vaksin AstraZeneca.
Namun penghentian sementara itu tidak berlangsung lama.
Mengutip keterangan yang termuat di laman Satgas COVID-19, gejala yang dialami masyarakat di Sulut setelah disuntik vaksin AstraZeneca merupakan KIPI yang bersifat ringan. Gejala yang timbul seperti pusing, mual, nyeri otot, nyeri sendiri, nyeri di tempat suntikan, kelelahan, malaise, dan demam.
Baca juga: Serba-serbi Vaksinasi Saat Berpuasa. Boleh atau Tidak, ya?
Simak fakta seputar vaksin COVID-19 AstraZeneca
Agar kamu tidak cemas berlebihan, sejumlah fakta tentang vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan Oxford itu pun dirilis regulator dan pemerintah di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:
1. Model vaksin
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford ini merupakan vaksin vector adenoviral. Mengutip keterangan Satgas COVID-19, vaksin ini mengandung virus flu biasa yang telah dimodifikasi, hingga tidak dapat berkembang di dalam tubuh manusia, namun dapat menimbulkan respon kekebalan terhadap COVID-19.
2. Tingkat efikasi
Dari hasil pengujian klinis hingga tahap ketiga, AstraZeneca menyebut tingkat efikasi vaksin buatannya bersama Universitas Oxford itu mencapai 90%. Mengutip Kompas, efikasi sebesar itu tercapai jika vaksin diberikan dalam dua kali penyuntikan. Separuh dosis di penyuntikan pertama. Lalu, setidaknya sebulan kemudian diberikan penyuntikan kedua dengan satu dosis penuh.
Tingkat efikasi menurun menjadi 62% apabila diberikan satu dosis penuh dalam dua kali penyuntikan, yang berselang satu gabungan. Efikasi rata-rata yang menggabungkan dua analisis itu adalah 70%.
3. Izin penggunaan
Mengutip situs Kementerian Kesehatan, vaksin COVID-19 AstraZeneca telah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan nomor EUA2158100143A1 pada tanggal 22 Februari 2021. Dengan menerbitkan EUA tersebut, BPOM memberi jaminan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan berkualitas.
Vaksin COVID-19 AstraZeneca-Universitas Oxford juga telah terdaftar untuk penggunaan darurat alias emergency use of listing (EUL) dari WHO. Dengan mengantongi EUL dari WHO, berarti sebuah vaksin bisa distribusikan melalui platform Covax. Istilah yang terakhir ini merujuk pada platform global untuk membuka akses vaksin COVID-19 yang merata di seluruh dunia.
4. Pasokan untuk Indonesia
Hingga awal Mei 2021, Indonesia sudah dua kali menerima pasokan vaksin COVID-19 AstraZeneca-Universitas Oxford yang berasal dari fasilitas Covax. Dalam pengiriman pertama, Indonesia menerima 1,1 juta vaksin AstraZeneca-Oxford yang diproduksi oleh SK Bioscience asal Korea Selatan, pada 8 April lalu. Lalu pada 26 April, Indonesia menerima pengiriman tahap kedua, sebanyak 3,852 juta vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford.
5. Distribusi di Indonesia
Pemerintah telah mendistribusikan vaksin AstraZeneca-Oxford yang diterima pertama kali, ke tujuh provinsi, yaitu Kepulauan Riau, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Ogan Komering Ilir, Jakarta, dan Maluku. Vaksin tersebut, mengutip situs Kementerian Kesehatan, juga digunakan untuk para anggota TNI/Polri di seluruh provinsi.
Vaksin harus disimpan pada suhu 2 derajat Celsius sampai 8 derajat Celsius. Dan, vaksin dapat dipergunakan hingga enam jam sejak vial dibuka.
Otoritas kesehatan di Indonesia mengikuti rekomendasi dari WHO dalam menggunakan vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford. Jadi, vaksin ini diberikan dalam dua dosis penyuntikan, masing-masing sebanyak 0,5 mililiter. Selang waktu di antara penyuntikan pertama dan kedua adalah 12 pekan.
Baca juga: Mutasi Virus COVID-19: Informasi Penting yang Harus Kamu Ketahui!
Tanggapan regulator tentang vaksin AstraZeneca
Regulator kesehatan di berbagai negara mengeluarkan pernyataan sehubungan dengan berbagai kejadian yang muncul setelah seseorang disuntik vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford. Di Indonesia, BPOM sebagai badan yang menerbitkan izin penggunaan darurat, sudah memberikan tanggapannya pada awal April lalu.
Berikut lima rekomendasi yang diterbitkan BPOM bersama tim pakar dari Komisi Nasional (Komnas) Penilai Obat, Komnas Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Masyarakat tetap harus mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal, karena risiko kematian akibat COVID-19 jauh lebih tinggi daripada kemungkinan terjadinya KIPI.
Manfaat pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan.
Dalam informasi produk vaksin COVID-19 AstraZeneca telah tercantum peringatan tentang kehati-hatian penggunaannya pada orang yang memiliki kondisi trombositopenia dan gangguan pembekuan darah.
Vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diterima Indonesia melalui Covax facility diproduksi di Korea Selatan dengan jaminan mutu sesuai standar persyaratan global untuk Cara Pembuatan Obat yang Baik.
BPOM bersama Kementerian Kesehatan dan Komnas KIPI terus memantau keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia dan menindaklanjuti isu setiap kejadian ikutan paska imunisasi.
Poin pertama dalam rekomendasi tersebut senada dengan pernyataan yang diterbitkan WHO dan EMA, bahwa kemungkinan munculnya KIPI dari suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca itu lebih kecil, dan tidak sebanding dengan manfaat yang diberikannya.
Jadi? Tak perlu ragu untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19. Memang, kita tidak bisa memilih vaksin yang akan kita terima. Namun percayalah, para ahli kesehatan dan regulator di dunia tidak akan sembarangan menerbitkan izin penggunaan sebuah vaksin. Karena, program vaksinasi merupakan jalan untuk membentuk kekebalan kelompok, yang diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona dan mengakhiri pandemi COVID-19.
--------------------------------------------------------------
Sambil menanti dunia terbebas dari virus corona, jangan lupa juga melindungi diri dengan asuransi kesehatan. Dengan memiliki asuransi kesehatan, kamu dan keluarga bisa tenang beraktivitas meski risiko jatuh sakit bisa menimpa sewaktu-waktu.