Betapa tidak, penyakit yang telah menelan lebih dari 2 juta korban jiwa di seluruh dunia hingga 27 Januari ini telah menimbulkan banyak kekhawatiran di kalangan masyarakat. Setiap menit, masyarakat selalu dihujani oleh berita dan informasi seputar COVID-19, baik melalui TV, media sosial, serta internet.
Maka tak heran jika banyak masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi penyakit yang ditimbulkan oleh virus novel corona tersebut. Beberapa gangguan mental yang kerap timbul dewasa ini misalnya mudah terbawa emosi, stres, cemas berlebihan, depresi, dan sebagainya.
Kecemasan dan gangguan mental ini kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan di otak, yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis, atau disebut juga psikosomatik. Ketika seseorang mengalami gejala psikosomatik, maka ia bisa merasakan gejala seperti penyakit COVID-19, yakni merasa demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu tubuhnya normal.
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac, Vaksin COVID-19 Pertama yang Digunakan di Indonesia
Panduan WHO untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi COVID-19
Setiap orang perlu menjaga kesehatan mental untuk menghindari keluhan fisik yang muncul akibat stres. Karena, ketika seseorang stres, maka sistem imun dalam tubuh akan berkurang. Ini akan menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.
Menyadari bahwa kecemasan akibat COVID-19 telah meliputi banyak masyarakat, maka World Health Organization (WHO) pada Maret 2020 merilis panduan bagi masyarakat untuk sama-sama menjaga kesehatan mental. Caranya ialah dengan melakukan beberapa hal berikut:
1. Cobalah berempati
Pahamilah bahwa COVID-19 adalah penyakit yang menyerang seluruh lapisan masyarakat. Jadi, jangan pernah mengasosiasikan COVID-19 pada etnis tertentu atau negara tertentu. Cobalah berempati pada orang yang terinfeksi COVID-19 dengan memahami bahwa mereka tidak melakukan kesalahan. Sebaliknya, kita harus bersama-sama mendukung pasien COVID-19 dengan memperlihatkan simpati, empati dan kebaikan.
2. Kurangi stigma negatif terhadap pasien COVID-19
Penting pula untuk tidak menyebut pasien COVID-19 sebagai “kasus COVID-19” atau “keluarga COVID-19”, atau “orang sakit COVID-19”. Melainkan, sebutlah mereka sebagai orang yang mempunyai COVID-19 atau orang yang menjalani perawatan COVID-19. Kita perlu memisahkan identitas seseorang dengan COVID-19 untuk mengurangi stigma negatif. Ketika para pasien ini sembuh, maka mereka berhak untuk kembali beraktivitas seperti layaknya orang-orang kebanyakan.
3. Batasi diri dari paparan berita dan media sosial
Kita juga perlu membatasi diri dari paparan berita dan media sosial yang dipenuhi oleh informasi seputar COVID-19. Karena membaca atau melihat banyak berita menyedihkan dan menakutkan seputar COVID-19 akan membuat kita semakin putus asa, stress, bahkan depresi.
Pahami pula bahwa tidak semua informasi dan berita yang kita lihat atau baca di TV dan di internet adalah benar. Untuk menghindarkan diri dari berita tidak benar atau hoax, kamu perlu membaca referensi dari website resmi pemerintah dan WHO. Pemerintah Indonesia sendiri merilis update resmi seputar COVID-19 melalui www.covid19.go.id.
Kamu juga bisa mendukung menghentikan penyebaran berita hoax dengan menyaring terlebih dahulu informasi atau berita sebelum menyebarkannya. Atau cara lain, kamu juga bisa hanya menyebarkan berita-berita positif, melakukan kegiatan yang menyenangkan di media sosial seperti posting berbagai challenge yang ramai saat ini, atau posting video kreatif di TikTok.
Baca juga: Inilah Jenis-jenis Makanan yang Meningkatkan Imun Tubuh Melawan Virus Corona
4. Lindungi diri kamu dan keluarga
Rasa cemas yang menghampiri banyak orang dewasa ini sebetulnya sangat beralasan. Karena, setiap orang pasti tidak ingin dirinya atau orang-orang yang dicintai akan terkena virus corona yang akhirnya akan membahayakan jiwa. Agar kecemasan ini berkurang, kamu bisa menerapkan anjuran WHO agar terhindar dari COVID-19. Caranya ialah dengan melakukan physical distancing, #DiRumahAja, rajin-rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitiser, menutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk, serta tidak menyentuh mata, mulut dan hidung. Jika kamu terpaksa harus bekerja di luar rumah, pastikan kamu tetap melindungi diri dengan memakai masker, sarung tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter.
5. Berikan dukungan pada tenaga medis
Kamu juga bisa memberikan dukungan bagi para tenaga medis yang sudah merawat dan menyelamatkan jiwa para pasien dengan cara mengirimkan kata-kata positif yang bisa menguatkan mereka selama bekerja, mengirimkan bunga, mengirimkan bantuan alat kesehatan, mengirimkan makanan, dan sebagainya.
6. Saling mendukung sesama
Kebijakan physical distancing dan berkegiatan di rumah saja telah berdampak serius bagi kehidupan ekonomi. Tak hanya memukul kalangan pemilik usaha, pandemi ini terutama memberikan pukulan keras bagi para pekerja. Banyak pekerja yang harus mengalami pengurangan atau kehilangan penghasilan selama pandemi berlangsung. Kamu pun bisa mendukung mereka dengan cara memakai produk dan jasa yang mereka tawarkan atau sekadar bersedekah.
Baca juga: Yuk, Mengenal Istilah-istilah Ini untuk Lebih Memahami Virus Corona
Kegiatan positif yang bisa kamu coba untuk menjaga kesehatan mental
Meski ruang beraktivitas kita terbatas, namun kebijakan berkegiatan di rumah memiliki banyak manfaat positif. Pertama, waktu kamu bersama keluarga sangat banyak. Kamu menjadi bisa mengawasi anggota keluarga dalam aktivitas mereka, serta punya banyak quality time dengan mereka. Kedua, kamu tidak perlu buang waktu dan tenaga di jalan untuk ke kantor dan ke sekolah. Kelebihan waktu ini bisa kamu manfaatkan untuk hal-hal lain, seperti melakukan hobi atau bekerja. Kegiatan apa saja yang bisa kamu lakukan di rumah untuk menjaga kesehatan mental?
1. Lakukan hal kegemaranmu
Dalam hal ini, kamu bisa melakukan hobi di sela waktu yang senggang, seperti bikin kue, berkebun, bikin kerajinan tangan, merawat hewan peliharaan, olahraga, main musik, baca buku, dan lain sebagainya. Kamu juga bisa nonton film series, mendengarkan rekaman podcast, atau siaran streaming dari tokoh-tokoh inspiratif dunia.
2. Baca berita-berita yang positif
Di tengah wabah COVID-19 ini, setiap hari bisa jadi kita terpapar oleh begitu banyak berita negatif. Secara tidak langsung, berita-berita negatif ini bisa berdampak langsung pada kesehatan mental kamu. Untuk menyeimbanginya, penting juga mengakses berita-berita positif untuk membangun kembali semangatmu. Kamu bisa membaca kisah-kisah inspiratif dari para survivor penyakit ini, upaya berbagai negara yang berhasil menanggulanginya, hingga progres pembuatan vaksin penyembuhnya.
2. Coba hal baru
Karena kamu punya lebih banyak waktu, ini saat yang tepat untuk mencoba hal baru. Misalnya, belajar menjahit atau merajut, masak masakan yang belum pernah kamu masak sebelumnya, meditasi dan latihan pernapasan, olahraga di dalam rumah, atau mencoba eksperimen kerajinan bersama anak-anak. Salah satu teknik menenangkan diri yang bisa kamu coba ketika panik atau cemas ialah mencoba latihan pernapasan. Cobalah tarik napas dalam sebanyak enam kali untuk menenangkan diri setiap kali kamu merasa cemas.
3. Tetaplah terhubung dengan orang lain
Berkegiatan di rumah tidak berarti kamu tidak bisa terhubung dengan teman atau keluarga. Justru, ini momen yang tepat untuk memberikan dukungan pada orang-orang yang berarti bagi kamu, seperti keluarga dan sahabat. Kamu bisa tetap terhubung dengan mereka dengan melakukan conference call keluarga atau “nongkrong live” bareng teman sambil melakukan kegiatan, seperti makan siang bareng, ngopi bareng, belajar bareng, atau bahkan olahraga bareng.
Pandemi COVID-19 memang menimbulkan kecemasan bagi semua orang. Tetapi, stress yang berlebihan akan menurunkan imun tubuh, yang pada akhirnya mengancam kesehatan fisik. Karenanya, mari perhatikan kesehatan mental agar kamu tetap tenang dan berpikiran positif. Tetap sehat dan semangat, ya.