Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menerima informasi adanya dua kasus positif COVID-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 pada Senin, 1 Maret 2021. Dua kasus tersebut merupakan hasil temuan dari 462 sampel yang diperiksa.
Hingga saat ini, para peneliti masih terus melakukan penyelidikan mengenai keberadaan varian baru ini. Menurut Dr Soumya Swaminathan dalam Episode #20 - COVID-19 - Variants & Vaccines, timnya telah melacak virus ini dan mereka tahu bahwa virus ini telah mengalami banyak perubahan dan telah ada varian sebelumnya. Saat ini sudah ada dua varian khusus yang dilaporkan ke WHO. Satu diidentifikasi di Inggris dan satu diidentifikasi di Afrika Selatan. Kedua varian ini memiliki satu perubahan yang sama disebut mutasi N501Y. Tetapi sebaliknya keduanya berbeda.
Para ilmuwan kini telah mempelajari hal ini dan menemukan bahwa varian ini cenderung menyebar lebih cepat, lebih mudah menular atau lebih menular. Jadi itulah bagian yang mengkhawatirkan. Namun, sejauh ini, tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau angka kematian yang lebih tinggi atau manifestasi klinis yang berbeda. Varian ini tampaknya berperilaku hampir sama dengan perilaku virus sebelumnya dan menyebabkan jenis penyakit yang sangat mirip.
Agar kamu semakin tahu berbagai penjelasan mengenai varian terbaru mutasi virus corona ini, yuk, cari tahu bersama mengenai berbagai informasi terbaru mengenai varian baru virus corona ini!
Baca Juga: Yuk, Update 3M Menadi 5M untuk Cegah Covid-19
Mengapa Virus Corona Berubah?
Mengutip penjelasan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, selaku Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dari sehatnegeriku.kemkes.go.id mengatakan, “Virus Corona adalah tipe virus RNA (ribonucleic acid) yang secara alami mudah mengalami mutasi dan mutasi memang merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Stuart Ray, M.D., Vice Chair of Medicine for Data Integrity and Analytics dari hopkinsmedicine.org, bahwa varian virus terjadi jika ada perubahan - atau mutasi - pada gen virus. Ray mengatakan sifat virus RNA seperti virus corona untuk berevolusi dan berubah secara bertahap. “Pemisahan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik,” katanya. Maka, mutasi pada virus - termasuk virus korona yang menyebabkan pandemi COVID-19 - bukanlah hal baru atau tidak terduga.
Mutasi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus yang menyebabkan virus lebih mudah masuk ke sel sasaran sehingga penularannya akan lebih cepat dibanding varian yang lama.
Varian Baru Apa Saja yang Telah Diidentifikasi Hingga Saat Ini?
Hingga saat ini, ada dua versi mutasi virus corona SARS-CoV-2 yang berbeda dari versi yang pertama kali terdeteksi di China. Pertama adalah versi mutasi dari virus korona terdeteksi di tenggara Inggris pada September 2020. Varian itu, sekarang dikenal sebagai B.1.1.7. Kedua, varian yang telah muncul di Brasil, Kalifornia, dan daerah lain. Varian yang disebut B.1.351 pertama kali muncul di Afrika Selatan.
Apakah Varian Virus Corona Lebih Berbahaya?
Menurut dr. Nadia, hingga saat ini, timnya belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi COVID-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus COVID-19 yang awal. Namun, dari beberapa penelitian di negara lain menunjukkan varian virus baru ini lebih cepat menular. Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terkait varian baru ini terus dilakukan. Kamu tidak perlu panik ya, tetap tenang dan menerapkan protokol kesehatan.
Akankah Vaksin COVID-19 Bekerja Pada Varian Baru?
Para peneliti yang mendalami virus Corona B.1.1.7 mengkonfirmasi bahwa efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin. “Vaksin yang sekarang digunakan pemerintah masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” ujar dr. Nadia.
Menurut Dr Soumya Swaminathan, sekarang untuk SARS-CoV-2 timnya masih terus belajar, masih mengamati, dan mengembangkan pengetahuan. Tetapi pada saat ini, sebagian besar ilmuwan percaya bahwa vaksin yang sedang dalam pengembangan dan beberapa yang telah disetujui harus memberikan perlindungan terhadap varian ini dan varian lain karena vaksin ini memperoleh respons imun yang cukup luas, sejumlah antibodi dan sel respons imun yang dimediasi.
Jadi, beberapa perubahan atau mutasi pada virus seharusnya tidak membuat vaksin ini tidak efektif. Tapi saat ini ada penelitian yang sedang berlangsung di laboratorium di seluruh dunia untuk benar-benar mengkonfirmasi hal itu.
Baca Juga: Mengenal Vaksin Sinovac, Vaksin Covid-19 Pertama yang Digunakan di Indonesia
Apakah Ada Tindakan Pencegahan COVID-19 Tambahan untuk Mutasi Virus Corona Baru?
Hal pertama yang harus kamu ingat adalah varian ini dan varian sebelumnya masih berperilaku dengan cara yang sama, menyebar dengan cara yang sama. Dan semakin kita memberinya kesempatan untuk menyebar dan berkembang biak di dalam diri manusia, semakin besar kemungkinan ia harus terus berubah, itulah sifat alaminya.
Maka, seperti yang dihimbau oleh dr. Nadia, bahwa kita harus lebih lebih waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan harus lebih diperketat, serta mensukseskan program vaksinasi COVID-19. Selain itu, kita perlu juga menahan diri dan tidak bepergian dulu. dr. Slamet, MHP, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes mengatakan bahwa sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah, salah satunya memastikan untuk terus memperkuat upaya 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) demi mencegah varian baru corona B.1.1.7 meluas.
Baca Juga: Yuk, Update 3M Menadi 5M untuk Cegah Covid-19
Sambil terus menunggu berbagai informasi terbaru dan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di seluruh dunia, tetap perketat protokol kesehatan kamu dan seluruh anggota keluarga ya. Stay safe and healthy!
Sumber: