Dalam rangka menekan penyebaran virus Corona, pemerintah memberlakukan berbagai pembatasan, di antaranya melalui imbauan social distancing dan Work from Home (WFH). Selain itu, beberapa wilayah juga menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Pembatasan-pembatasan tersebut secara tidak langsung berimbas pada kelangsungan dunia usaha. Banyak perusahaan yang harus memberlakukan PHK untuk karyawannya karena laba merosot. Hal ini menjadikan banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga membuat daya beli turun.
Selain itu, penerapan PSBB juga menghambat alur distribusi sehingga menurunkan kemampuan produksi. Industri yang biasa mendapatkan bahan baku dari luar negeri pun kesulitan karena beberapa negara asal impor menutup akses mereka, ditambah kurs dollar yang semakin melambung.
Banyak industri yang tidak bisa bertahan, namun banyak yang bertahan dan diperkirakan akan terus tumbuh. Industri mana sajakah itu?
Bertahan
Industri yang mampu bertahan di masa pandemi COVID-19 di antaranya industri gas, listrik, air bersih, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, otomotif, dan perbankan. Keseluruhannya terkait dengan kebutuhan dasar, sehingga diprediksi masih akan bertahan meski diterpa pandemi. Sektor-sektor tersebut mampu bertahan meski tidak mengalami kinerja yang signifikan.
Sementara itu, industri F&B (Food and Beverage) memang mengalami penurunan karena turunnya daya beli masyarakat dan larangan makan di tempat. Namun perlahan industri ini mampu bertahan karena perubahan perilaku masyarakat yang lebih banyak membeli secara take-away.
Begitu juga dengan industri retail yang masih bisa bertahan, asalkan memanfaatkan penjualan melalui e-commerce. Saluran penjualan ini telah terbukti membantu pemilik bisnis untuk mempertahankan penjualan selama pandemi, ketika saluran offline menunjukkan pengurangan pengunjung.
Meningkat
Industri alat kesehatan, farmasi, obat-obatan, mendapat permintaan tinggi di masa pandemi karena kebutuhan masyarakat akan barang-barang tersebut tinggi. Alat kesehatan yang dimaksud di antaranya alat pelindung diri (APD/baju hazmat), hand sanitizer, etanol, masker, dan sarung tangan.
Bahkan, kementerian perindustrian menetapkan industri alat kesehatan dan farmasi ke dalam prioritas pengembangan Making Indonesia 4.0. Program tersebut dimaksudkan agar industri kesehatan dan farmasi dapat memenuhi kebutuhan domestik bahkan ekspor, dan memberikan lapangan kerja yang luas.
Selain itu, industri yang terus meningkat di era pandemi COVID-19 yaitu telekomunikasi dan teknologi informasi. Sejak Febuari, masyarakat cenderung lebih banyak beraktivitas di rumah dan mengakses internet serta aplikasi digital untuk keperluan belajar, bekerja, dan berkomunikasi.
Menurun
Sektor pariwisata (perhotelan, penerbangan, restoran, tur) paling terdampak oleh pandemi COVID-19 akibat pembatasan wilayah dan transportasi. Meski beberapa hotel dan penerbangan mulai berbenah, banyak standar kesehatan yang harus dipatuhi untuk menjami keamanan pengunjung.
Meski beberapa sektor mengalami kemunduran, bukan berarti sektor tersebut tidak memiliki peluang untuk bangkit. Sektor pariwisata misalnya, mulai memiliki peluang dengan dengan diberlakukannya new normal.
Geliat bisnis semakin meningkat dengan mulai kembalinya masyarakat beraktivitas seperti biasa. Hanya saja, selama pandemi Corona belum teratasi, berbagai protokol kesehatan masih wajib diterapkan oleh pelaku industri.