Saat ini, minuman boba atau milk tea tengah digandrungi terutama oleh anak muda. Rasanya yang manis berpadu dengan kenyalnya tapioka, memang paling menyegarkan diminum saat cuaca panas. Minuman boba memang nikmat, namun konsumsinya sebaiknya dibatasi.
Sebuah utasan viral mengungkap dampak kesehatan yang timbul jika terlalu sering minum boba. Ranya, seorang gadis berusia 20 tahun asal Bekasi, mengalami kelumpuhan sementara karena hobinya ini.
Dalam satu minggu, Ranya bisa mengonsumsi boba 3-4 kali dalam seminggu. Dalam sekali minum, ia bisa menghabiskan hingga dua gelas.
Awalnya Ranya tidak mengalami keluhan apapun. Namun pada suatu hari, kakinya yang sebelah kanan terasa mati rasa. Mati rasa pada kakinya tak kunjung hilang, hingga kemudian kakinya mengalami lumpuh sementara.
Ternyata gula di dalam tubuh Ranya sudah menyentuh angka 600. Padahal kadar gula darah normal ada di rentang 100-200. Kandungan gula dalam boba memang tinggi, yaitu 40 kalori (8 sendok teh gula) dalam 1 gelas. Oleh dokter, Ranya didiagnosis menderita diabetes tipe-2 atau diabetes mellitus.
Keluhan yang dialami Ranya rupanya sudah mengarah pada komplikasi. Gula berlebih merusak pembuluh darah yang menyokong saraf pada kaki. Hal ini mengakibatkan kesemutan atau mati rasa pada kaki.
Baca juga: Inilah Pengganti Gula yang Aman dan Tidak Berbahaya bagi Penderita Diabetes
Penyebab dan Gejala Diabetes Mellitus
Indonesia menempati urutan ke-6 dari sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi, yakni 10,3 juta orang pada tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta orang per tahun 2045. Berdasarkan fakta di atas, bisa diketahui bahwa angka penderita diabetes tergolong tinggi.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) darah. Hormon insulin berperan dalam memindahkan gula dari darah ke dalam sel tubuh untuk disimpan atau digunakan sebagai energi. Pada penderita diabetes, tubuh tidak cukup menghasilkan insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Gejala umum diabetes yaitu:
- Mudah lapar
- Mudah haus
- Sering buang air kecil
- Pandangan buram
- Mudah lelah
- Berat badan merosot
- Luka yang tidak kunjung sembuh
- Infeksi berulang. Misalnya infeksi gusi, kulit, atau vagina
Diabetes mellitus bisa disebabkan oleh faktor genetik dan gaya hidup. Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko mengalami diabetes. Penumpukan lemak dapat membuat sel-sel tubuh lebih rentan terhadap insulin.
Diabetes yang tidak tertangani dapat berkembang menjadi komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, kehilangan penglihatan, kerusakan saraf, kerusakan ginjal, dan kerusakan pada kaki hingga harus diamputasi.
Tips Mencegah Diabetes Mellitus
Diabetes melitus dapat dicegah dengan menjalani pola hidup yang baik seperti:
- Membatasi karbohidrat
Selain membatasi gula atau makanan manis, kamu juga perlu membatasi karbohidrat. Tubuh mengubah karbohidrat menjadi glukosa, sehingga makan karbohidrat secara berlebihan akan membuat kadar gula darah naik.
Karbohidrat terdapat pada nasi, kue, roti, pasta, dan keripik kentang. - Memperbanyak serat
Serat dapat memperlambat penyerapan gula, sehingga gula darah terkontrol. Pola makan sehat yang mengandung serat juga dapat mengurangi risiko diabetes mellitus.
Serat terdapat dalam buah-buahan, sayuran, gandum utuh, dan kacang-kacangan. - Menghindari junk food
Junk food merupakan makanan yang mengandung kalori dan kolestrol tinggi, tapi juga rendah nutrisi. Mengonsumsi lemak yang banyak terdapat dalam junk food, dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Berat badan berlebih inilah yang akan meningkatkan risiko terkena diabetes.
Contoh junk food adalah gorengan, kentang goreng, keripik kentang, dan mie instan. - Makan dalam porsi sedikit
Makan dalam porsi banyak pada satu waktu telah terbukti meningkatkan kadar gula darah, daripada makan dalam porsi sedikit namun sering. - Berolahraga
Olahraga membantu mengontrol berat badan, menurunkan tekanan darah, menurunkan
kolesterol jahat, meningkatkan kolesterol baik, memperkuat otot dan tulang, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kebahagiaan.Pada penderita diabetes, olahraga berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Studi menunjukkan, penderita diabetes yang berjalan kaki setidaknya dua jam seminggu, lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena penyakit jantung dibandingkan dengan penderita diabetes yang tidak banyak bergerak. Semakin sering bergerak, semakin berkurang risiko komplikasi pada penderita diabetes. - Tidak merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Kadar nikotin yang tinggi di dalam tubuh dapat mengurangi efektivitas insulin, sehingga tubuh membutuhkan lebih banyak insulin untuk mengatur kadar gula darah. - Konsumsi vitamin D
Studi menemukan bahwa orang yang kekurangan vitamin D lebih berisiko terkena diabetes. Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika orang yang kekurangan vitamin D mengonsumsi suplemen vitamin D, fungsi sel penghasil insulin akan meningkat. Kadar gula darah menjadi normal dan risiko diabetes pun berkurang secara signifikan.
Bagi generasi muda, beberapa kebiasaan seperti kegemaran minum boba, makan junk food, atau menyantap jajanan kekinian berkalori tinggi mungkin sulit dihilangkan. Namun diabetes mellitus semakin tidak mengenal usia.
Makan manis boleh saja. Asal, batasi porsinya dan imbangi dengan makanan sehat serta olahraga, agar bisa sehat sampai tua.
Baca juga: 5 Cara Mudah Memilih Asuransi Kesehatan yang Tepat untuk Kebutuhan