Jakarta, 8 Maret 2023 – Tahun 2022 merupakan tahun kelanjutan pemulihan aktifitas ekonomi setelah terkontraksi akibat pandemi. Namun di tengah-tengah pemulihan, kondisi ekonomi global kembali menghadapi tantangan, dimana inflasi meningkat di berbagai negara, sebagai dampak dari beberapa kejadian beruntun dimulai dari banjirnya stimulus untuk mengatasi kelesuan perekonomian di 2021, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022 yang menyebabkan kenaikan harga komoditas, kemudian menimbulkan peningkatan biaya energi, terutama untuk negara-negara barat yang menghadapi inflasi lebih tinggi sejak akhir 2021. Ditambah terganggunya rantai pasok dan agresifnya Bank Sentral Amerika Serikat The Fed, menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sejak Maret 2022 untuk mengendalikan angka inflasi. Kemudian bank sentral negara-negara lain turut menempuh langkah yang sama untuk menurunkan inflasi.
Kebijakan “Zero-Covid Policy” yang diterapkan Tiongkok sejak awal pandemi 2020 dan baru dilonggarkan di akhir Desember 2022, menyebabkan pelemahan ekonomi yang mendalam dan berdampak pada melemahnya perekonomian berbagai negara.
Di tengah sentimen negatif global, Indonesia justru bergerak ke arah yang lebih positif dan mampu mengalami momentum percepatan pemulihan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi di 2022 yaitu 5.31%. Indikator perekonomian semakin membaik, mulai dari investasi, peningkatan pesat ekspor komoditas, hingga impor untuk mendukung produksi industri manufaktur. Kuatnya fundamental Indonesia, menjadi sentimen positif sehingga dapat mengantisipasi sentimen global.
Walaupun terjadi volatilitas pada pasar saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan kinerja positif sebesar 4,09%. IHSG sempat mencetak rekor tertinggi atau All Time High pada 13 September 2022 di level 7.318,01. Sedangkan untuk pasar obligasi, walaupun dibayangi kenaikan suku bunga global, indeks obligasi tetap mencatatkan penutupan positif 3.4% sepanjang tahun 2022.
Dengan ketidakpastian yang terjadi secara global sepanjang 2022, kinerja fund unitlink Allianz turut terdampak baik pada fund onshore maupun offshore. Berbagai penyesuaian pada pengelolaan fund dilakukan di kuartal tiga dan empat, sejalan dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
“Berdasarkan Laporan Keuangan Q4 2022, Allianz Indonesia membukukan total dana kelolaan sebesar Rp 42,1 triliun (termasuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan/DPLK Allianz), turun sebesar 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya, sebagai imbas dari sentimen negatif kondisi perekonomian global. Walaupun demikian, kami senantiasa mengelola dana dengan prinsip kehati-hatian, menerapkan strategi sesuai dengan mandat masing-masing fund dan melakukan monitoring berkala terhadap kinerja fund, serta melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar,” kata Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia.
Selama tahun 2022, Allianz Indonesia mengelola aset di 33 jenis fund. Beberapa fund yang paling banyak dipilih oleh nasabah sepanjang 2022, adalah Smartlink Equity Fund dengan dana kelolaan Rp 9,2 triliun, Smartlink Balanced Fund dengan dana kelolaan Rp 1,8 triliun dan Smartlink Fixed Income Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp 1,6 triliun.