Setiap orang pasti ingin memiliki keuangan yang sehat dan hidup sejahtera. Dalam merencanakan keuangan, idealnya kamu sebaiknya membuat perencanaan untuk arus uang yang keluar dan masuk, punya asuransi, berinvestasi, punya rencana pensiun, dan rencana warisan. Khusus untuk pengelolaan keluar masuknya uang, kamu harus mulai memahami bahwa sangat penting untuk mengalokasikan suatu dana khusus yang disebut dana darurat.
Apa, sih dana darurat itu? Sesuai namanya, emergency fund merupakan dana yang sengaja disiapkan untuk mengantisipasi berbagai macam kondisi darurat yang membutuhkan kehadiran dana tunai segera.
Misalnya, ketika mendadak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tiba-tiba jatuh sakit dan harus rawat jalan yang belum ter-cover asuransi, juga untuk mengantisipasi keadaaan darurat lain yang tak terduga dalam aktivitas sehari-hari seperti genteng rumah yang mendadak bocor, mobil penyok tertabrak dan lain sebagainya.
Dengan memiliki dana darurat, kamu tidak perlu tergoda berutang saat membutuhkan dana tunai dalam waktu cepat. Itulah mengapa peran dana darurat sangat signifikan dalam upaya membangun keuangan sehat.
Berapa dana darurat yang ideal?
Karena dimaksudkan sebagai dana cadangan, dana darurat memiliki standar nilai ideal agar bisa melakukan fungsinya sebagai financial buffer atau sejumlah dana yang disisihkan dan disimpan untuk menghadapi situasi tak terduga yang dapat menyebabkan kamu kesulitan keuangan.
Bagi kamu yang saat ini masih belum menikah, nilai dana darurat yang ideal minimal sebesar tiga kali pengeluaran rutin bulanan. Jadi, semisal saat ini penghasilan kamu mencapai Rp7 juta per bulan dengan besar pengeluaran rutin bulanan Rp5 juta, maka dana darurat ideal yang perlu kamu miliki adalah Rp15 juta.
Baca juga: Mengapa Kita Harus Mulai Investasi?
Adapun bila kamu saat ini statusnya sudah menikah, besar dana darurat yang harus kamu miliki jadi lebih besar, yaitu minimal enam kali nominal pengeluaran rutin bulanan. Nilainya harus lebih besar karena ketika sudah menikah berarti jumlah tanggungan kamu jadi bertambah. Begitu juga saat sudah memiliki anak, jumlah dana darurat ideal yang harus kamu miliki menjadi minimal sembilan kali besar pengeluaran rutin bulanan.
Angka ideal dana darurat yaitu tiga bulan sampai 12 bulan berasal dari asumsi lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mencari pekerjaan baru apabila kondisi kedaruratan yang dialami adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).
Jadi, saat seseorang dalam kondisi PHK, dengan adanya dana darurat, pengeluaran rutinnya dapat tetap tertutup kendati pendapatan tengah terhenti. Dana darurat akan menjadi pengganti penghasilan sampai nanti ia mendapatkan pekerjaan dan penghasilan baru.
Maka itu, apabila pengeluaran kamu saat ini dengan status menikah dan memiliki anak mencapai Rp10 juta per bulan, maka dana darurat yang ideal dimiliki adalah Rp90 juta. Bagaimana bila pengeluaran bulanan di atas Rp10 juta?
Berarti nilai dana darurat yang harus disiapkan juga harus lebih besar dari Rp90 juta. Terkejut karena angkanya besar? Mungkin kamu jadi bertanya-tanya, bagaimana caranya mengumpulkan dana sebesar itu sekaligus? Yuk, lanjut baca sampai selesai!
Bangun dana darurat perlahan
Menurut Diana Sandjaja, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, membangun dana darurat bisa kamu lakukan langkah demi langkah dengan menyisihkan penghasilan setiap bulan. "Setiap mendapatkan penghasilan, sisihkan minimal 10% untuk mengisi saldo dana darurat," terang Diana pada Tim Allianz.
Sebagai gambaran, penghasilan rutin kamu saat ini Rp7 juta per bulan, sisihkan minimal Rp700.000 ke rekening dana darurat. Bila kamu belum memiliki tanggungan cicilan utang, nilai yang dapat kamu sisihkan untuk dana darurat bisa lebih besar lagi. Dengan begitu, kamu bisa lebih cepat memenuhi target nominal dana darurat yang ideal.
Contohnya, dengan pendapatan Rp7 juta per bulan, kamu sejauh ini belum memiliki tanggungan cicilan utang apapun. Karena kemana-mana kamu memanfaatkan transportasi publik yang relatif murah dan masih menumpang di rumah orang tua, pengeluaran rutin bulanan kamu tidak pernah lebih dari dari Rp4 juta per bulan.
Dengan begitu, dana darurat yang harus kamu miliki mencapai Rp12 juta. Kamu bisa membagi pendapatan setiap bulan dengan alokasi Rp4 juta untuk biaya hidup sehari-hari, alokasi dana darurat Rp2,5 juta dan Rp500.000 untuk pengeluaran pribadi yang sifatnya tersier. Dalam 5 bulan, nominal dana darurat yang ideal sudah bisa kamu miliki.
Nah, apakah kita harus menunggu dana darurat ideal lebih dulu baru boleh memiliki asuransi dan berinvestasi? Menurut Diana, miliki setidaknya 30% dari nominal dana darurat kamu yang ideal baru melangkah ke hal lain seperti berinvestasi. Jadi semisal nilai dana darurat kamu yang ideal adalah Rp15 juta, kamu harus memiliki minimal Rp5 juta emergency fund, baru boleh melangkah berinvestasi.
Setelah itu, jangan berhenti di angka Rp5 juta, tapi teruslah menyisihkan setiap bulan minimal 10% pendapatan sampai dana darurat kamu mencapai angka ideal. Begitu dana darurat kamu sudah ideal, kamu bisa mengalihkannya untuk memperbesar alokasi dana investasi
Sedangkan asuransi, sebaiknya kamu miliki beriringan dengan upaya membangun dana darurat. Ini karena asuransi juga memiliki fungsi proteksi terhadap risiko-risiko finansial yang tidak cukup bila hanya mengandalkan dana darurat. Misalnya, risiko sakit dan harus rawat inap yang bisa menguras banyak dana. Jadi, sebaiknya kamu juga sudah membeli asuransi kesehatan sembari menyisihkan dana darurat secara rutin setiap bulan.
Baca juga: Strategi Merencanakan Keuangan Bersama Keluarga
Menyimpan dana darurat
Dana darurat memiliki fungsi utama sebagai bantalan pertama keuangan kamu ketika menghadapi kondisi yang membutuhkan uang tunai mendesak. Maka itu, dana darurat harus sangat likuid alias mudah diakses ketika suatu saat dibutuhkan.
Tempatkan dana darurat di instrumen yang likuid seperti rekening tabungan biasa, deposito, reksa dana pasar uang ataupun emas batangan. Instrumen-instrumen tersebut bisa kamu akses kapanpun setiap kali membutuhkan dana di kondisi darurat.
Jangan pernah sekali-kali menempatkan dana darurat di instrumen investasi berisiko tinggi seperti reksa dana saham atau properti. Selain, susah dicairkan ketika dana dibutuhkan, risiko naik turun dana juga membahayakan kecukupan dana darurat kamu.
Tips lain yang juga penting disimak adalah, pisahkan rekening dana darurat dari rekening transaksi sehari-hari. Ini supaya kamu terhindar dari godaan memakai dana darurat untuk hal lain yang sifatnya konsumtif. Misalnya, memakai dana darurat untuk belanja gadget mumpung ada obral.
Maklum, banyak yang tidak tahan melihat dana "menganggur" cukup banyak di rekening dan tergoda untuk membelanjakannya. Dengan memisahkan penempatan dana darurat, kamu bisa memastikan emergency fund kamu aman hingga mencapai nilai ideal. Dana darurat yang memadai berarti keuangan kamu sudah selangkah lebih sehat. Jadi, jangan tunda lagi untuk mulai membangun dana darurat, ya!